“Syamsiyah ini adalah mahasiswa terbaik karena memiliki IPK nyaris sempurna 3,90.”
Surabaya,cakrawalanews.co – Perjuangan Nur Syamsiyah selama empat tahun kuliah di Universitas Airlangga membuahkan hasil yang membanggakan. Putri penjual cilok yang tinggal di Surabaya itu lulus dengan predikat wisudawan terbaik dan diundang secara khusus oleh rektor UNAIR.
“Syamsiyah adalah mahasiswa terbaik karena memiliki IPK nyaris sempurna 3,90. Syam adalah mahasiswa Bidikmisi, dengan capaian kredit prestasi yang tinggi, juga banyak pergi ke luar negeri. Pak rektor secara spontan menawarkan Syam bisa S2 dengan SPP gratis dan bebas tes. Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi mahasiswa Bidikmisi lainnya”, ujar Dekan FISIP UNAIR Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si, di Surabaya, Rabu (10/10).
Syam sapaan karib Nur Syamsiyah adalah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Sutrisno dan Erna, tinggal di Pagesangan, Surabaya, Jawa Timur. Ketiga adiknya saat ini sedang duduk di bangku SMK, SMP, dan SD. Selama 20 tahun, Sutrisno membiayai pendidikan anak-anaknya dengan bekerja sebagai penjual cilok.
Ibunda Syam, Erna, bersyukur dan bangga yang tidak bisa diungkapkan karena bisa diundang rektor. “Dia (Syam, Red) punya semangat, walau dari keluarga tidak mampu. Orangtua hanya bisa mendukung asal dia bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Saya menekankan, walau kamu dari orang tidak mampu, kamu harus tunjukkan bahwa kamu bisa. Itu yang saya sampaikan kepada anak-anak saya. Dan, selama menuntut ilmu jangan lupa berdoa, sebagai kewajiban dari hamba Allah,”ungkapnya.
Usai bertemu rektor, Syam mengatakan pihaknya memiliki mimpi bisa S2 di Swedia.
“Ada universitas impian saya, Lund University yang saya ingin ambil, studi tentang pembangunan. Saya juga membuka peluang-peluang yang mungkin bisa saya ambil. Tawaran pak rektor untuk studi di S2 adalah kehormatan luar biasa bagi saya. Insha Allah akan saya pertimbangkan, “ujarnya.
Selama kuliah di UNAIR dirinya mendapatkan banyak hal, ilmu yang bermanfaat serta kesempatan dikelilingi orang hebat bapak ibu dosen dan teman-teman. “Dari semester 1 sudah mengatur timeline perkuliahan. Semester 1-2 saya gunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus. Aktif di organisasi Mapanza, AUBMO (Organisasi Bidikmisi UNAIR), selanjutnya berusaha aktif di luar kampus. Tahun 2015 menjadi koordinator VEDHA (Viva Education of Drugs and HIV-AIDS) Jawa Timur, “tambahnya. (jn/ mad)