Probolinggo, cakrawalapost.com – Meski Hari Pers Nasional (HPN) jatuh pada 9 Februari, Pemerintah Kota Probolinggo baru memperingatinya pada Rabu (11/4). Bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Probolinggo, seluruh Wartawan yang bertugas di Kota Probolinggo dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diundang Wali Kota Rukmini.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota meminta kepada insan pers bisa bekerjasama dengan Pemerintah Kota Probolinggo seperti selama ini.
“Saya harap Wartawan membantu Pemerintah Kota Probolinggo dalam mengawasi pembangunan, terutama pembangunan infratsruktur. Selama ini jika ada pekerjaan oleh rekanan Pemerintah Kota Probolinggo yang kurang baik, bisa diawasi. Kami (Pemerintah Kota Probolinggo) selalu minta kualitas yang terbaik. Kalau bisa bangunan-bangunan itu bisa bertahan selama 100 tahun, jangan 5 tahun ambruk,” tegas Rukmini.
Rukmini juga meminta kepada insan pers untuk menyajikan berita yang lebih menyejukkan. “Kalau bisa beritanya itu jangan yang marah-marah. Bikin yang membaca itu marah. Kita tentu sama-sama berharap Kota Probolinggo ini kondusif. Kota Probolinggo ini kondusif karena pers, bergejolak-pun karena pers,” harap Wali Kota.
Kepala Bagian Humas dan Protokol, Prijo Djatmiko menjelaskan Pemerintah Kota Probolinggo memilih “Profesionalisme Pers, Menuju Masyarakat Yang Berwawasan” sebagai tema peringatan HPN di Kota Probolinggo. Tema tersebut merupakan harapan dari Pemerintah Kota Probolinggo terhadap insan pers yang bertugas di Kota Probolinggo.
“Kita berharap per situ professional. Mereka menyajikan informasi-informasi proporsional, kredibel, dan akuntable. Kami harap informasi yang disajikan benar-benar mendidik masyarakat agar lebih memiliki wawasan yang lebih baik. Untuk itu, pers tidak malah membantu menyebarkan hoax. Justru media massa harus bertindak sebagai pihak yang melakukan klarifikasi berita-berita hoax,” harap Prijo.
Prijo juga menyikapi perkembangan media sosial yang menjadi tantangan media massa. “informasi yang digulirkan media sosial bergulir lebih cepat dari media cetak atau elektronik sekalipun. Akses masyarakat terhadap sosial media juga lebih mudah dari pada harus mengakses media cetak yang tentunya harus dibeli. Ini perubahan eksternal yang harus disikapi oleh insan pers agar tidak ditinggalkan masyarakat,” ujar Prijo.(wan)