
Surabaya, cakrawalanews.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya melakukan pemetaan titik rawan tawuran di kota Surabaya.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengatakan Satpol PP Kota Surabaya bersama kecamatan dan TNI-Polri terus melakukan Patroli Pengawasan. Bahkan, pihaknya telah memetakan lokasi atau titik rawan yang memiliki kemungkinan menimbulkan tawuran antar remaja atau gejolak sosial.
“Ada sekitar 35 titik rawan di Kota Surabaya dan sudah kami bagikan kepada 31 kecamatan. Salah satunya ada di Surabaya Utara, di wilayah Kenjeran, Semampir, Bulak Banteng, Krembangan, dan Pabean Cantikan,” terang dia.
Dikatakan Edi, pemetaan tersebut, membuat pihaknya tidak boleh lengah saat melakukan Patroli Pengawasan. Karena, kemunculan para remaja yang melakukan aktivitas pada malam hari, dimulai pada pukul 02.00 WIB.
“Sistem pengamanan kita bersayap dan berlapis. Setelah disisir oleh kecamatan dan TNI-Polri, secara bergantian juga akan kami lakukan,” kata dia.
Meski demikian, petugas Patroli Pengawasan tetap melakukan pendekatan secara humanis untuk memberikan edukasi kepada para remaja.
“Namun, juga ada yang kami amankan dan kita panggil orang tuanya untuk membuat surat pernyataan,” ujar dia.
Selain itu, lanjut Edi, bajwaa pihaknya bersama TNI-Polri dan tokoh masyarakat, terus menggelar Patroli Pengawasan selama bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijiriah.
Kegiatan tersebut dilakukan setelah salat tarawih hingga pukul 04.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk melakukan antisipasi gangguan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
“Seperti balap liar, tawuran, bermain petasan, atau tindakan kriminal yang lainnya,” kata Eddy, Mnggu (17/4/2022).
Edi membeberkan pula, bahwa, berdasarkan hasil evaluasi selama dua pekan pelaksanaan ibadah bulan Ramadan, pihaknya masih menemukan anak-anak remaja yang beraktifitas pada malam hari.
“Rata-rata mereka mengaku sedang menunggu jam 03.00 WIB untuk melakukan ronda sahur,” ungkap dia.
Hanya saja, ungkap Edi, anak-anak remaja tersebut melakukan kegiatan yang terindikasi dapat menimbulkan gesekan atau gejolak sosial. Sebab, kegiatan yang dilakukan pada malam hari.
“Setiap malam kami juga sering mendapat laporan indikasi tawuran. Tapi saat kami datang ke lokasi, kegiatan tersebut tidak ada,” ujar dia.
Tak hanya itu saja, ia mengaku telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya untuk mengadakan kegiatan di sekolah saat bulan Ramadan. Contohnya, Pondok Ramadan atau kegiatan yang menyibukkan pelajar.
“Sehingga pada malam hari, mereka lebih fokus melakukan persiapan untuk kegiatan besok pagi. Jadi meminimalisir para remaja untuk berkegiatan di luar rumah pada malam hari,” pungkasnya. (hadi)