Pahlawan Ekonomi, Katalisator Kesejahteraan Warga Surabaya

oleh -87 Dilihat
oleh

Surabaya, cakrawalanews.co – Sekira satu dekade silam, sebuah terobosan pemberdayaan ekonomi yang mengguncang dunia, terjadi di Bangladesh. Adalah Profesor M. Yunus, sosok yang jadi pelopor pemberdayaan perempuan miskin dan pengemis di negaranya, untuk menjadi wirausaha. Caranya, ia mendirikan Bank Grameen (Bank Desa) yang memberikan pinjaman uang ke wanita miskin sebagai modal wirausaha.

Grameen Bank yang berarti bank desa ini didirikan dengan berdasar prinsip-prinsip kepercayaan dan solidaritas. Grameen fokus memberikan pinjaman untuk masyarakat miskin—khususnya kaum perempuan—dengan jumlah kecil dan juga bunga rendah. Pengemis diberikan pinjaman 4-10 dolar per orang.

Sebelumnya, masyarakat di sana kebanyakan meminjam uang melalui rentenir yang memberi bunga 10 persen per minggu. Sistem ini tidak membuat masyarakat miskin meningkatkan taraf hidupnya. Sebaliknya, para lintah darat semakin kaya

Cara Yunus itu berhasil. Pinjaman dengan jumlah kecil dan bunga masuk akal itu tidak hanya membantu mereka bertahan hidup. Tetapi juga menimbulkan inisiatif para pelaku usaha untuk keluar dari kemiskinan. Ribuan pengemis yang mendapat pinjaman, berhenti mengemis. Mereka kemudian beralih menjadi penjual barang atau makanan dari pintu ke pintu.

“Saat mereka merasa dipercaya untuk menerima pinjaman uang, ia akan menjaga kepercayaan tersebut seumur hidupnya,” ujar M. Yunus yang digelari Bapak Bank untuk Rakyat Miskin seperti dikutip dari laman Wikipedia.

Siapa Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil

Bila Bangladesh punya Bank Desa yang digagas M.Yunus, Kota Surabaya punya program Pahlawan Ekonomi yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Dalam hal efektivitas dan tepat sasaran untuk mengubah warga kurang mampu menjadi lebih berdaya, program yang digulirkan Pemkot Surabaya sejak 2010 lalu ini tidak kalah dengan bank desa nya M.Yunus.

Bahkan, program Pahlawan Ekononi ini bisa dibilang lebih mendidik bila mengacu pada filosofi Cina “jangan memberi ikan jika kita ingin orang lain bisa makan untuk besok dan seterusnya, beri kail dan ajari mereka cara mendapatkan ikan, supaya mereka bisa menggunakan untuk keperluan hidup mereka”.

Ya, melalui Pahlawan Ekonomi, Pemkot tidak sekadar memberikan pinjaman uang kepada ibu-ibu rumah tangga di Surabaya. Tetapi, Pemkot memberikan wawasan usaha. Pemkot mengenalkan pentingnya ilmu dalam memulai usaha agar berhasil. Ibu-ibu yang kebanyakan menjalankan usaha asal jalan tanpa pemahaman ilmu usaha yang benar, bahkan ada yang sama sekali belum mengenal wirausaha, diberi bekal ilmu dan juga pelatihan usaha pada setiap akhir pekan di Kaza City. Ada traineer berpengalaman yang mengajari mereka.

Dan, dalam hidup itu memang berlaku “man jadda wa jadda”. Bahwa siapa yang bersungguh-sungguh, (insya Allah) akan berhasil. Pahlawan Ekonomi juga menjadi bukti kebenaran “man jadda wa jadda” itu. Karena bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan, bersungguh-sungguh ingin berhasil, ada banyak ibu-ibu rumah tangga yang awalnya tidak tahu apa-apa tentang dunia usaha, nasibnya berubah. Mereka menjadi pengusaha rumahan yang sukses dengan menghasilkan produk-produk yang awalnya mungkin tidak pernah terpikirkan oleh mereka.

Karena bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan yang digelar Pahlawan Ekonomi, mereka bisa mengubah limbah sampah, enceng gondok dan bahan-bahan tak terpakai menjadi produk unik (unique content). Karena rutin mengikuti pelatihan Pahlawan Ekonomi semisal pelatihan packaging, produk-produk, produk kelas rumahan yang awalnya biasa saja, kini sudah “naik kelas” karena kemasan yang lebih menarik.

Efek dahsyat dari mengikuti pelatihan Pahlawan Ekonomi itu dirasakan langsung oleh Maemunatun. Warga Kecamatan Ngagel yang punya usaha kain batik ini mengaku produk batik yang dihasilkan oleh UKM nya, kini jauh lebih bagus baik dari sisi desain, warna maupun kemasan produk nya. Perubahan menjadi lebih baik itu dia rasakan setelah mengikuti pelatihan tata rupa dan packaging dari Pahlawan Ekonomi di Kaza.

“Dulu batiknya sederhana saja. Dulu juga cuma satu warna, sekarang sudah lebih banyak warna. Desainnya juga macam-macam. Kami juga diajari cara packaging yang bagus sehingga batik kami sekarang sudah jauh lebih menarik,” ujarnya.

Dan, metamorfosis batik dari Ngagel itu menjadi lebih bagus, berdampak langsung pada naiknya jumlah permintaan. Perempuan yang akrab disapa Bu Said ini mengaku permintaan terhadap batik produksi nya, terus meningkat sejak bergabung dalam Pahlawan Ekonomi pada 2013 silam. Ketika awal produksi pada 2013, dia bersama empat rekan kerjanya yang semuanya ibu-ibu rumah tangga, hanya mampu menghasilkan lima (5) piece batik saja. Lalu, meningkat menjadi 11 piece pada 2014 dan sekarang sudah menjadi 24 piece. Omzet per bulan nya kini mencapai 8-10 juta.

“Kenaikan itu karena kami sering mengikuti pameran yang diadakan Pahlawan Ekonomi dan juga Provinsi. Saya semangat sekali mengikuti pameran. Bulan lalu ada permintaan beberapa piece dari Malaysia,” ujarnya.

Seiring majunya UKM batiknya, Bu Said kini bahkan membagi UKM nya menjadi empat divisi. Ada yang bagian pewarnaan, desain, packaging dan pemasaran. Mereka berharap produk batik nya terus berkembang dan bertambah baik kuantitas dan kualitasnya. “Yang penting kami tetap kompak. Omzet juga kami bagi rata. Termasuk bisa buat piknik,” sebut Bu Said.

Go Global Go Digital Go Financial

Di Pahlawan Ekonomi, ibu-ibu rumah tangga dikenalkan pada konsep go global, go digital dan go financial. Terjemahan sederhana nya kira-kira mendorong pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) agar memiliki usaha meluas hingga ranah global dengan memanfaatkan teknologi digital demi pendapatan melimpah.

Penerapan go global go digital go financial itu berwujud dalam pelatihan yang diberikan. Tak hanya pelatihan usaha seperti membuat produk dan membuat kemasan produk, ibu-ibu di Surabaya yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi, juga mendapatkan materi pemasaran produk dan memperluas jaringan. Tidak hanya cara konvensional, juga pemasaran cara kekinian dengan memanfaatkan teknologi digital.

Ibu-ibu itu yang awalnya tidak kenal dengan internet, tidak tahu cara mengoperasikan komputer, diberikan bekal wawasan untuk bisa berjualan online. Mereka dikenalkan dengan beberapa toko online, bagaimana cara bergabung, cara memasarkan produk, bahkan diajari cara mem-foto produk agar terlihat lebih menarik. Mereka juga diajari cara efektif berjualan melalui media sosial Facebook agar promosi produk nya tidak dianggap nyampah oleh pemilik akun lainnya.

Keberadaan teknologi digital itu terbukti dapat meningkatkan jumlah produksi dan angka penjualan. Peran teknologi digital berupa pasar online ini membuat ibu-ibu rumah tangga yang memiliki usaha rumahan, tidak hanya bisa menjual produknya di ranah lokalan di wilayah Surabaya dan juga kota-kota tetangga di sekitar Surabaya. Mereka juga kerapkali mendapatkan pesananan hingga menembus hingga ke luar pulau. Bahkan ke luar negeri.

Pengalaman terbantu oleh teknologi digital itulah yang dirasakan Kelompok Tani Elok Mekarsari di Semolowaru Elok. Sejak berdiri pada akhir 2011 kemudian memiliki UKM pada 2013, Poktan elok Mekarsari kini punya empat unit usaha. Yakni unit usaha budidaya jangkrik dan lele, unit usaha UKM Elok Mekarsari, unit usaha kelompok pengelola dan pemasaran hasil perikanan. Serta unit usaha simpan pinjam.

“Yang paling booming jangkrik crispy. Produk jangkrik crispy ini juga sudah dikirim ke Batam, Jakarta, dan Kalimantan. Kami sampai kewalahan menerima pesanan. Itu karena kami promosi lewat facebook dan juga toko online,” tegas Ary Widiastuti, Ketua Pokjan Elok Mekarsari yang mengaku bisa mengkuliahkan anak nya dari usaha jamur tiram dan jangkrik crispy nya.

Dan, dampak nyata dari go global dan go digital itu adalah go financial. Pemasukan ibu rumah tangga yang tergabung dalam Pahlawan Ekonomi, terbukti melonjak drastis. Ibu-ibu itu mulai menikmati kesuksesan sebagai buah dari kerja keras mereka. Saya selalu terngiang ucapan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyoal sukses nya para pelaku Pahlawan Ekonomi ini. Ucapan Bu Risma itu kembali beliau sampaikan ketika acara Awarding Pahlawan Ekonomi Surabaya 2016 pada 3 Desember lalu.

“Coba lihat, di sekitar Taman Surya penuh mobil. Ini beda ketika acara ini digelar empat tahun lalu. Waktu itu masih penuh angkot, bemo dan motor. Sekarang sudah bisa beli mobil”. Begitu ucapan Bu Risma yang terus saya ingat.

Keberhasilan ibu-ibu yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi menjadi lebih berdaya dan sejahtera, membuat Pahlawan Ekonomi bak menjadi magnet kuat. Ada banyak ibu-ibu rumah tangga di Surabaya yang tertarik bergabung dengan Pahlawan Ekonomi. Karenanya, jumlah nya dari tahun ke tahun terus meningkat.

Ketika pertama digulirkan pada 2010 silam, jumlah pelaku Pahlawan Ekonomi hanya puluhan. Kini, jumlah UKM PE sudah lebih dari 4000 an UKM yang tersebar di 31 kecataman di Surabaya. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2015 sebanyak 2.640 UKM, serta tahun 2014 sebanyak 1.976 UKM.

PE Rumah Bagi Semua Warga

Menariknya, Pahlawan Ekonomi ini tidak stagnan alias begitu-begitu saja. Tetapi terus bergerak dinamis. Salah satu bentuk dinamisasi Pahlawan Ekonomi adalah dirangkulnya anak-anak muda untuk ikut terlibat dalam program pemberdayaan ekonomi ini. Anak-anak muda yang berkeinginan menjadi pelaku wirusaha dan pengusaha, dimasukkan sebagai pejuang ekonomi.
Dalam wawancara dengan Ketua Karang taruna, M. Arifan, saya mendapatkan informasi bahwa dilibatkannya anak-anak muda dalam program Pahlawan Ekonomi ini sebenarnya merupakan usulan Karang Taruna Surabaya sejak dua tahun lalu. Dia mengatakan, anak-anak muda itu sebelumnya tergabung dalam wadah Usaha Ekonomi Produktif yang berada di Karang Taruna. “Anak-anak muda ini punya minat besar untuk berwirausaha. Semoga dengan bergabung di Pahlawan Ekonomi ini, mereka bisa mewujudkan harapan mereka menjadi pengusaha muda,” tutur Arifan.

Masuknya anak-anak muda ini juga menegaskan bahwa Pahlawan Ekonomi adalah ‘rumah bagi semua’ warga Surabaya. Selama ini muncul stigma bahwa Pahlawan Ekonomi cenderung mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk mengikuti pelatihan dan menjadi berdaya, sehingga seolah program ini hanya untuk ibu-ibu. Stigma itu terbantahkan dengan masuknya anak-anak muda yang usianya 17 tahun hingga 40 tahun-an yang punya semangat sama besar dengan ibu-ibu untuk menjadi sukses bersama Pahlawan Ekonomi.

Dan memang, selama enam tahun sejak Pahlawan Ekonomi hadir untuk warga Surabaya, ada banyak kemanfaatan yang telah dirasakan warga. Mereka menjadi lebih berdaya dan lebih sejahtera dengan prinsip go global go digital nya Pahlawan Ekonomi. Bila M.Yunus mendapatkan hadiah Nobel untuk gagasan Bank Grameen nya, Pahlawan Ekonomi yang telah menjadi katalisator percepatan kesejahteraan warga Surabaya, rasanya juga layak mendapatkan apresiasi tinggi.(hadi/cn02)