Surabaya, cakrawalanews.co – Jumlah penderita HIV/AIDS yang drop out atau menghentikan konsumsi obat antiretroviral (ARV) di Jawa Timur mencapai 55 persen dari total jumlah penderita. Padahal penderita HIV/AIDS harus mengkonsumsi ARV seumur hidup secara tepat waktu agar bisa menekan jumlah virus di tubuhnya.
“Ada dua strategi yang kami utamakan untuk mengendalikan laju penularan HIV, yang pertama kita meningkatkan penyuluhan dalam rangka destigmasnisasi, yang kedua mempercepat temuan dini untuk segera mendapatkan pengobatan ARV sehingga penularan bisa terkendali,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Hari Santoso, Kamis (18/10/2018).
Menurutnya ada beberapa sebab pasien HIV tidak mengakses pengobatan ARV dengan teratur. Salah satunya mereka kebanyakan mengaku sulitnya akses.
“Ya tempat yang jauh dimana pasien HIV harus datang ke RS yang bisa memberikan ARV itu permasalahannya pasien tidak konsisten minum obat,” terangnya.
Terkait hal itu Dinkes Jatim kata Kohar membuat kebijakan baru dengan membuka layanan pengobatan ARV bagi pasien ditingkat Puskesmas dan bisa didapatkan secara gratis.
“Awal 6 puskesmas karena prioritas berdasarkan kebutuhan pasien HIV minum obat ARV. Itu ada di Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Besuki di Situbondo, Puskesmas Tempeh di Kabupaten Lumajang, Puskesmas Pule Trenggalek, Puskesmas Gemarang Madiun dan di Puskesmas Bubukan Kabupaten Pacitan,” terangnya.
Sementara itu drg Maria Vincentia Seminar Mahanani, M.Kes, Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes menambahkan nantinya tidak hanya 6 Pusksesmas di tahun 2018 melainkan akan ditambah 18 Puskesmas. Sehingga akan ada 24 puskesmas yang dapat melayani pengobatan ARV.
” Ya bertahap kita inginnya setiap kabupaten Puskesmasnya bisa melayani. Kalau total keselurah di Jatim Puksesmas 964 puskesmas di jatim,” paparnya.
Jawa Timur termasuk lima Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi di Indonesia. Perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Jatim mencapai 67.658 orang. Berdasarkan laporan HIV triwulan II Kemenkes tahun 2018 jumlah pasien HIV di Jatim menduduki peringkat 1 di Indonesia.
“Kalau jumlah HIV komulatif di Jatim sejak kasus pertama ditemukan pada tahun 1991 sampai dengan bulan mei 2018 sebanyak 46.628 orang (masih 68 persen dari perkiraan. Penemuan kasus baru serta tren penemuan kasus baru HIV dari tahun ketahun memang naik. Tapi itu menunjukkan keberhasilan dalam deteksi dini,” pungkasnya.(jtm)