Surabaya, cakrawalapost.com- Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim mulai mengusulkan perubahan revisi Perda 6/2012 tentang pengendalian dan pembatasan sapi betina produktif. Hal ini dilakukan agar stok sapi tetap betina yang produktif tetap terjaga dan tidak dipotong lagi.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Suhartono mengatakan, pihaknya menyayangkan masih banyaknya sapi betina produktif yang dipotong. Padahal Provinsi Jawa Timur sudah memiliki Perda Nomer 6 tahun 2012 tentang Pembatasan atau Pelarangan Pemotongan Sapi Betina Produktif. Padahal dengan adanya perda tersebut diharapkan agar masyarakat tidak sembarangan memotong sapi betina.
“Sapi betina produktif batasannya punya anak 5-6 kali, tidak pernah dikontrol. Padahal kalau sapi lokal bisa punya anak hingga 11-12 kali,” kata Suhartono, di DPRD Jatim, Rabu (11/7).
Suhartono menduga masih adanya pemotongan sapi betina karena ada penyembelihan secara sembunyi- sembunyi. Bahkan terkadang- kadang terjadi kucing-kucingan antara pemotong, penjual daging di pasaran dengan pihak keamanan. “Disinyalir ada penyembelihan di luar RPH (Rumah Pemotongan Hewan), karena harganya lebih murah. Masyarakat tidak melihat betina atau jantan, yang penting murah,” ungkapnya.
Suhartono yang juga politisi asal Fraksi PKS ini menegaskan, memang sangat dilema untuk persoalan sapi betina. Sapi betina produktif harus dijaga stoknya. Disisi lain masyarakat terkadang butuh uang, sehingga tak peduli jantang atau betina dijual.
Begitu juga halnya pembeli tidak melihat jantan atau betina, karena butuh daging. Apalagi harga sapi betina lebih murah, dan penjualnya tidak tau aturan.Politisi asal Dapil 8 ini, itu menyebut bahwa stok sapi di Jatim tahun 2016 mencapai 4 juta ekor.
Jumlah itu tidak seimbang dengan tingginya kebutuhan akan daging sapi. Apalagi permintaan tingkat nasional akan kebutuhan daging yang jumlahnya jutaan ton. “Provinsi DKI Jakarta yang butuh banyak yaitu 30 persen kebutuhan daging yang harus dipenuhi Jatim,” ujar Suhartono yang juga merupakan pengusaha telur asin tersebut.
Untuk mencukupi kebutuhan qurban dan antisipasi kelangkaan di Jatim, pemerintah pusat impor 1900 ekor sapi. Impor tersebut dari Negara Meksiko, Australia, dan Amerika Serikat. “Pas kita mendatangi Kemeterian Pertanian, di berbagai daerah tidak ada penampungan. Maka di Jatim jadi penampungan stok,” paparnya. (jat.nr/wan/pca)