Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf mengungkapkan, nikmatnya menjadi santri di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes).
Kenikmatan menjadi santri, adalah selalu mendapatkan perhatian, diberikan ilmu pengetahuan dan agama dari kiai sebagai bekal dalam kehidupan.
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Sholawat Habsyi dan tawajjuh Ala Thoriqohsyadziliyah di Ponpes Hamidiyah, Sen-Asen Konang, Blega, Kab. Bangkalan, Senin (4/1) malam.
Ia mengatakan, menjadi santri disebuah pondok pesantren merupakan sebuah anugrah yang harus di syukuri oleh setiap manusia. Santri di pondok pesantren, diberi pendidikan hingga memiliki ilmu pengetahuan yang cukup. Itu dikarenakan, kiai dan ulama ingin membekali santrinya dengan ilmu agama dan pendidikan yang baik sebagai bekal mereka di kehidupannya kelak.
Santri di ponpes juga diajarkan tentang ilmu kehidupan agar kelak setelah lulus dari Ponpes bisa berguna bagi lingkungan dan masyarakat. “Enak menjadi santri itu, sudah di didik ilmu pendidikan kemudian diajarkan ilmu kehidupan,” ungkapnya.
Gus Ipul menambahkan, setelah di didik dan diajari oleh kiai di ponpes, nikmat menjadi santri selanjutnya adalah santri di doakan oleh kiai. Jadi setelah di didik dan di ajari, santri juga di doakan oleh kiainya, baik kepada santri yang masih menempuh pendidikan di ponpes hingga santri yang telah wafat.
Menurutnya, santri telah dirancang sejak awal untuk bersama-sama dengan kiai mengajarkan dan mensyiarkan agama islam dengan baik. Harapannya tentu agar mereka kelak mendapatkan surganya Allah di akherat nanti.
Dihadapan ratusan santri yang memadati halaman pondok, Gus Ipul mengingatkan kepada santri agar terus patuh terhadap kiai dan ulama. Santri harus mampu meneladani sikap santun dari kiai dan ulama.
Terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh santri agar mendapatkan berkah pertolongan dari Allah SWT. Hal pertama, adalah jika santri ingin mendapat berkah yakni rajin bersilaturahmi dengan kiai, ulama maupun tokoh agama lainnya. Tujuannya, adalah bahwa kiai dan ulama merupakan orang alim yang memiliki ilmu yang cukup sehingga ilmu maupun pemikirannya bisa menular kepada kita.
“Jika ada kesempatan santri harus bersilaturahmi ke rumah kiai. Mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yakni siapa yang berkunjung ke rumah orang alim, seolah olah ia bersilaturahmi denganku,” ungkapnya mengutip sebuah hadist Rasulullah.
Ditambahkan, jika tidak bisa bersilaturahmi ke rumah kiai maupun ulama, cara selanjutnya yang harus dilakukan oleh santri yakni dengan berjabat tangan ketika bertemu dengan kiai. Seandainya, tidak dapat melakukan silaturahmi dan berjabat tangan dengan kiai cara selanjutnya untuk mendapat berkah dari Allah SWT yakni dengan mendengarkan apa yang disampaikan kiai pada suatu kesempatan, dengan cara duduk dengan orang alim.
“Rasulullah bersabda, bahwa siapa saja santri yang duduk dalam suatu majelis mendengarkan kiai dan ulama berceramah maka seolah olah dia sedang duduk bersamaku. Jadi jika tidak bisa bersilaturahmi dan berjabat tangan dengan kiai, maka duduk mendengarkan ceramah kiai sama halnya duduk dengan orang alim seperti Rasulullah,” tegasnya.
Di akhir sambutannya, Gus Ipul merasa bangga dan senang bahwa di Indonesia banyak ponpes maupun daerah masih mengadakan majelis-majelis pengajian hingga maulidan sekaligus mendoakan bangsa dan negara kita.
Ia meyakini, apa yang dilakukan kiai dan ulama beserta santrinya ini menjadikan Indonesia tetap aman dan nyaman. “Majelis majelis seperti inilah yang tidak dimiliki oleh negara di timur tengah yang terus dilanda peperangan antar negara. Melalui majelis seperti inilah cara kiai dan ulama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” pungkasnya yang disambut tepuk tangan dari ratusan santri.(mnhdi/cn01)