” Saya putuskan untuk mengabdi di Surabaya, kota ini kota yang terbuka dan tidak hanya kotanya tapi juga manusianya ” Pieter Frans Rumaseb, Ketua IKBPS
Surabaya, cakrawalanews.co – Wajah yang tampak begitu lelah, namun sorot mata yang tajam seakan menutupi letihnya tubuh. Sesekali ia memastikan bahwa yang akan ia bicarakan bukan masalah kegaduhan yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di jalan Kalasan, Surabaya beberapa waktu lalu.
“ Soal kegaduhan di Kalasan saya tegaskan bukan ranah saya. Itu sudah menjadi kewenangan pihak yang berwajib “ ujar Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS), Pieter Frans Rumaseb mengawali perbincangan saat ditemui diruang kerjanya di kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, (09/09) lalu.
Mungkin sikap tersebut cukup beralasan. Pasalnya, kegaduhan yang ada di asrama mahasiswa Papua di kawasan jalan Kalasan tersebut, nampaknya dijadikan bahan adu domba yang ditambahi bumbu-bumbu hoax yang bisa memecah belah bangsa.
Atas insiden tersebut pria asli Biak ini begitu menyesalkan adanya peristiwa tersebut hingga membuat terjadinya kerusuhan ditanah cendrawasi beberapa waktu lalu.
Ia lantas bercerita bahwa selama ini hubungan masyarakat Papua dengan masyarakat Surabaya begitu erat terjaga. Hal tersebut tak lepas dari sikap orang Surabaya yang begitu terbuka tanpa membeda-bedakan.
“ Saya ingin meluruskan dulu. Saya tidak ingin dibuat kotak, kita warga Surabaya. Artinya kita warga kota KTP Surabaya. Jadi siapapun yang tinggal di Surabaya mempunyai peran untuk berkontribusi. Kami disini ada sekitar 1000 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan pekerja yang hidup di Surabaya sama dengan warga kota Surabaya yang lainnya, bisa berkontribusi “ ujar Pieter.
Pria yang sudah 22 tahun berada di Surabaya ini pun kembali bersemangat menceritakan bahwa saat dia pertama kali masuk Surabaya untuk berkarir. Ia merasakan bahwa kesempatan untuk berkarir begitu terbuka lebar di Surabaya.
“ Saya putuskan untuk mengabdi di Surabaya, kota ini kota yang terbuka dan tidak hanya kotanya tapi juga manusianya. Dalam mengisi jabatan dibirokrasi didaerah memang sangat susah. Tapi di Surabaya pada tahun 2002 itu sudah ada 6 anak Papua ada jadi lurah di Surabaya “ jlentrehnya.
Pieter yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat di Satpol PP Kota Surabaya ini menambahkan bahwa, kalau orang dari luar Papua jadi bupati di Papua itu sudah biasa tapi, kalau orang Papua jadi lurah di Surabaya sangat luar biasa.
“ Disini (Surabaya) siapa mampu dia naik, saya rasakan itu.” Tegasnya.
Lebih jauh menurut Pieter bahwa, Surabaya itu sangat terbuka bukan hanya kotanya namun manusianya juga. Salah satu contoh hubungan baik tersebut adalah mereka sering melakukan perayaan Natal secara bersama, perayaan masuknya injil ketanah Papua, kerja bhakti hingga organisasi.
“ Contohnya banyak yang sudah kita lakukan bersama-sama disini. Seperti perayaan Natal dan perayaan injil masuk ke tanah Papua juga kita peringati disini bersama-sama dengan warga Surabaya “ urainya.
Lantas, ia juga menyebut betapa terbukanya Surabaya ini sampai ada sekitar 500 lebih warga papua yang sudah lama menetap di Surabaya bisa memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Surabaya.
“ Sekitar 500-an lebih warga Papua yang tergabung dalam anggota IKBPS sudah memiliki KTP Surabaya “ paparnya.
Kondisi tersebut menurutnya, disebabkan salah satunya adalah adanya perkawaninan warga Papua dengan warga Surabaya. “ Ada yang sudah menetap lama sehingga sampai menikah dengan warga Surabaya “ tuturnya.
Namun, Ia pun mengakui disetiap hubungan mesti ada sebuah intrik dan gesekan-gesekan, namun lantaran adanya komunikasi yang baik sehingga gesekan-gesekan tersebut berupah menjadi bumbu yang makin merekatkan hubungan persaudaraan tersebut.
“ Disetiap terjadi gesekan tidak langsung responsif namun, selalu melakukan komunikasi terlebih dahulu sebelum masuk. Biasanya para ketua-ketua komunitas ataupun organisasi masyarakat (Ormas) melakukan komunikasi kepada kami terlebih dahulu. Sehingga gesekan-gesekan tersebut begitu cepat terselesaikan dengan kepala dingin dan kondusif. Yang paling penting komunikasi “ bebernya.
Selain komunikasi yang intens, lanjut Pieter, rasa saling menghormati dan memahami karakter begitu nampak dan sangat kuat.
“ Kalau soal solidaritas masyarakat Surabaya begitu kuat. Kita memahami itu karena mereka mendapatkan merah putih itu, bukan dari dapat menjahit. Mereka itu merobeknya dari bendera Belanda yang penuh dengan perjuangan “ paparnya.
Selain itu rasa persaudaraan juga semakin hangat saat mereka menggelar Silaturahmi Akbar (Silatbar) Arek-arek Suroboyo, dimana dalam Silatbar tersebut semua komunitas dan ormas berkumpul jadi satu.
“ Lewat Silatbar itu kami melakukan kegitan bersama berkumpul bersama dan saling menjaga “ katanya.
Tak hanya dalam sektor masyarakat yang terbuka. Disektor pemerintahan pun Kota Surabaya begitu terbuka dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat Papua untuk mengemban amanat jabatan strategis di lingkungan Pemkot Surabaya.
Salah satu anak Papua yang memiliki prestasi gemilang dalam berkarier di jajaran Pemkot Surabaya yakni Muhamad Fikser, pria asal kota Serui ini mendapat kesempatan menduduki jabatan sebagai kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Kota Surabaya. Dimana instansi Humas tersebut merupakan organisasi perangkat daerah (OPD) milik pemkot Surabaya yang memiliki hubungan langsung dengan masyarakat dan menjadi alat komunikasi Pemkot.
Hal tersebut menunjukkan betapa terbukanya Pemerintah Kota dalam menerima warga papua di Surabaya. Pasalnya, menurut catatan Fikser ada sedikitnya sepuluh jabatan strategis diamanatkan kepada warga Papua yang mengabdi di Pemkot Surabaya, Mulai dari Lurah, Camat Hingga Kepala bagian Humas.
“ Hubungan Pemerintah Kota ini dengan masyarakat Papua sangat baik. Sejak saya masuk tahun 2008 saya diterima dengan baik. Kami dari Papua diberikan kesempatan di Pemerintah Kota Surabaya, bahkan jabatan-jabatan strategis diberikan kepada kami yang dari Papua untuk mengemban amanat tersebut “ ujar Fikser.
Selain itu, lanjut Fikser bukan hanya kepercayaan memberikan jabatan yang strategis, keterbukaan Pemkot Surabaya terhadap warga Papua juga ditunjukkan dengan memberikan kesempatan kepada mama-mama Papua untuk belajar banyak hal di Surabaya.
“ Ambil contoh ada mama-mama dari persekutuan gereja dari Jayapura, Manukwari, Wamena dan Paniai. Mereka pernah datang dan belajar kesini dan kita terima dengan baik. Mereka diajarkan keterampilan, pertanian, ilmu-ilmu ekonomi seperti usaha-usaha rintisan” paparnya.
Selain untuk mama-mama Papua, kesempatan juga diberikan kepada adik-adik dari Papua untuk belajar banyak hal di Surabaya, mulai dari star-up dan keterampilan seperti menyablon dan pejuang muda ekonomi hingga belajar bahasa inggris di rumah bahasa milik Pemkot.
“ Untuk adik-adik kami dari Papua Pemkot juga memberikan kesempatan belajar banyak hal di Surabaya “ tambahnya.
Yang lebih membanggakan lagi lanjut Fikser, Pemkot Surabaya juga memberikan kesempatan kepada siswa-siswa sekolah dari Papua dalam ajang peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) untuk menampilkan kesenian tari Papua.
“ Karena komunikasi Ibu Wali Kota Risma dengan masyarakat Manukwari sangat baik. Dikirimlah tim penari anak-anak sekitar 30 orang untuk mengisi rangkaian hari jadi kota Surabaya “ pungkas pejabat yang baru saja mendapat sertifikat dari dewan pers sebagai informan ahli itu.
Disisi lain, kedekatan khusus kepada anak-anak Papua yang tengah belajar di Surabaya juga ditunjukan oleh wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Pejabat yang karab disapa Risma itu mengatakan selama ini hubungan masyarakat Surabaya dengan warga asli Papua berjalan baik, bahkan seperti saudara.
Terlebih, Risma sudah menganggap adik-adik dari Papua yang tinggal di Surabaya seperti anaknya sendiri. Selama menempuh pendidikan di Surabaya, mereka juga diberikan fasilitas dalam upaya mengembangkan bakat dan minat.
“Mereka kan jauh dari orang tua, karena itu saya selalu sampaikan ke anak-anak itu agar menjadi orang yang sukses. Orang tuamu di sana pingin anaknya jadi. Mesti kalau ketemu anak-anak saya selalu sampaikan itu,” tuturnya saat menerima kunjungan Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua sekaligus Staf Khusus Presiden untuk wilayah Papua, Lenis Kogoya, akhir bulan lalu.(mnhdi/cn02)