Surabaya, cakrawalanews.co – DPRD Jatim menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Timur akan mengeskpor 2000 ton buah manggis ke Cina. Ini mengingat, permintaan buah Manggis oleh Cina sangat tinggi.
Anggota DPRD Jatim, Artono di DPRD Jatim, mengaku membuat program pemberdayaan ke industri ke perkebunan karena dirinya mendapatkan peluang pasar ke Cina berupa buah manggis. Untuk memenuhi permintaan Cina atas ribuan buah manggis, Artono akan mengkoordinir para petani yang ada di Lumajang dan Jember.
Kebijakan ekpor saat ini tidak menyulitkan petani karena saat ini bisa langsung ekspor ke Cina, tanpa harus transit di Thailand. “Ini kesempatan yang luar biasa untuk memberdayakan petani Jember dan Lumajang. Jatim bisa menjadi provinsi pengekspor buah manggis ke Cina,” kata Artono.
Jika dibandingkan dengan Bali luasan tanah perkebunan manggis cukup luas yakni 3.600 hektar, dan sudah diekspor ke luar negeri. Sementara Lumajang masih mempunyai sekitar 100 hektar, sedangkan Jember ada sekitar 150 hektar.
“Di Banyuwangi juga ada banyak. Ponorogo juga banyak. Nanti kita bikin kelompok kelompok asosiasi di tiap Kabupaten dan nantinya mengkerucut untuk bikin asosiasi tingkat provinsi,” paparnya.
Dalam pemenuhan kehutuhan ekspor manggis ke Cina setiap tahun, 2000 ton paling banyak dari Kabupaten Banyuwangi. Maka untuk memastikan jumlah manggis yang bisa ekspor, Artono akan mengumpulkan petani-petani manggis. “Sebenarnya berapa totalnya petani manggis, cukup apa tidak,” terangnya.
Ia mengakui bahwa untuk dapat ekspor masih membutuhkan ijin-ijin yang tidak dimiliki petani manggis. Salah satunya untuk bisa ekspor adalah membutuhkan ijin semacam sertifikasi pohon. Dalam sertifikasi itu untuk mendata punya pohon manggis dimana dan pohonnya mampu menghasilkan berapa kilo buah. “Nanti disertakan dalam dokumen ekspor,” ungkap anggota Komisi E DPRD Jatim itu.
Selain sertifikasi pohon, ekspor juga membutuhkan sertifikasi packagin yang harus mengikuti standar yang diijinkan Cina. Termasuk pemakaian kardus. “Packagingnya bagaimana iner plastiknya bagaimana, supaya sampai di Cina tidak busuk,” tuturnya.
Artono memastikan bahwa masyarakat petani mampu untuk memproduksi buah-buahan. Hanya saja setelah panen petani bingung harus dijual kemana huahnya. Kalau dibiarkan terus maka harganya jatuh. Maka Artono komitmen untuk membantu ekspor.
Jika nantinya ekspor buah manggis sukses, Artono akan mengembangkan produk turunan, seperti halnya dalam bentuk kripik, kaleng. “Sepeti di Jepang manggis di kaleng. Kita arahnya kesana. Kita Sementara ini bagaimana petani bisa terbantu barangnya terjual,” ujarnya.
Artono akan membantu petani di Lumajang yang jumlah anggotanya ada 25 orang, dan nantinya akan membentuk Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan). “Provinsi lain sudah ada cuma Jatim yang belum ada. Yang mengirimi Bogor-Sukabumi,” pungkasnya. (jnr/rur)