Sidoarjo, cakrawalanews.co –
SDN Sedatigede 2 dan MTs Nurul Huda Kalanganyar Sidoarjo menjadi salah satu sekolah acuan di Sidoarjo. Hal ini dikarenakan sekolah ini menjadi mitra USAID sejak tahun 2005 hingga mengalami perkembangan yang luar biasa.
Kepala SDN Sedatigede 2, Sumiati mengatakan, dahulu sekolah yang berada dipinggir bypass Juanda ini sama sekali tidak diperhitungkan. Sekolahnya akan digusur dan perkembangan sekolah sangat lambat. Namun setelah didampingi oleh USAID, kemajuan terjadi di sekolah ini. Pembelajaran yang monoton sudah ditinggalkan dan digantikan dengan pembelajaran aktif. Peran komite dan paguyuban kelas sangat besar untuk mendukung pengembangan sekolah sehingga percepatan pembangunan sekolah dan proses belajar mengajar menjadi meningkat.
“Sekolah ini terbuka untuk seluruh orangtua murid. Bahkan orangtua murid dapat terlibat dalam pembelajaran dan mengamati anaknya belajar setiap hari. Paguyuban kelas juga sangat membantu dalam kemajuan sekolah. Salah satunya mengadakan kegiatan perbaikan gizi yang dilakukan sebulan sekali untuk seluruh sekolah,” terang Sumiati saat sekolahnya dijadikan studi banding oleh tim USAID Jakarta.
Oleh Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo, sekolah ini saat ini menjadi salah satu sekolah acuan di Kab Sidoarjo. Menurut Syamsul Huda Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo, SDN Sedatigede 2 layak dijadikan sekolah acuan karena perkembangan sekolah yang luar biasa dan selalu ingin maju.
Sementara itu MTs Nurul Huda Kalanganyar Sidoarjo juga menjadi salah satu acuan karena kemajuan sekolah yang siginifikan meski harus dengan dana mandiri. Padahal sekolah yang berada di ujung timur Sidoarjo ini termasuk wilayah terpencil dengan tingkat ekonomi penduduknya rata-rata sebagai nelayan.
Kepala MTs Nurul Huda, Misbahuddin menjelaskan, setelah mendapatkan pelatihan dari USAID di program Decentralized Basic Education (DBE) pada 2005. Salah satu yang paling menonjol adalah Program Membaca 10 Menit yang dikembangkan Misbah didampingi oleh Tim USAID.
Program membaca di kelas ini muncul karena kegelisahan sang kepala sekolah. Ia mengamati semakin hari minat membaca buku siswa makin menurun. Pengunjung perpustakaan sekolah pun makin berkurang.
“Melalui ‘Program Membaca 10 Menit’ ini, diharapkan siswa dapat mengisi perpustakaan. Koleksi buku-buku yang ada di setiap kelas sudah dibaca habis oleh siswa dalam satu semester. Begitu juga dengan buku-buku di perpustakaan. Saat ini kami yang kewalahan menyediakan koleksi buku baru,” ungkapnya.
Komisi D DPRD Kab Sidoarjo yang membidani pendidikan, M. Usman mengungkapkan, selayaknya sekolah-sekolah acuan mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten agar dapat berkembang dan memaju sekolah-sekolah lainnya untuk sama-sama ikut berkembang. Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan kebijakan dan juga dukungan dana.(nisa/cn02)