Oleh: Ki Suharno
Tegal. Cakrawalanews.co — Sore itu di Sebuah Ruang pertemuan khusus Istana Hastinapura Patih DR Sengkuni dan profesor Durna sedang serius melakukan Rapat Terbatas dengan Petinggi Kurawa membahas Rencana Strategis dan skenario Perang Bharatayuda yg sudah mereka susun sedemikian rupa dengan segala tahapan dan rincianya.
Secara Bergantian Mereka berdua membeberkan secara Detail dan rinci langkah demi langkah yg harus dilakukan oleh Kurawa dan para pembesar istana agar dapat mencapai kemenangan sekaligus mengalahkan Pandawa dalam perang yg sudah mereka rencanakan secara matang dan terukur.
Draf rencana dan skenario besar berupa Rencana Perang Bharatyuda Hastinapura tersebut dibuat sebagai acuan dan pedoman agar dapat meminimalisir segala resiko kegagalan dan chaos yg terjadi ditengah jalan mengingat besarnya anggaran dan melibatkan banyak pihak dalam menjalankanya.
Sedemikian Rapinya rencana tersebut dibuat membuat Kurawa dan pembesar Hastinapura yakin dan jumawa akan memenangkan bharatayuda jayabinangun tanpa melihat kelemahan para punggawanya yg selama ini berpikir dan bertindak secara parsial dan hanya mengedepankan gugur kewajiban karena lemahnya pengawasan dan punishment ketika tdk menjalankan sesuai rencana.
( *Cacat Lahir atau Cacat Bawaan* _menurut Sesepuh Hastinapura )
Cacat Bawaan itu menjadi titik lemah tersendiri yg memungkinkan terjadinya chaos dan masalah yg nantinya penghambat bahkan menjadi awal kegagalan skenario besar tersebut selain permasalahan internal Hastina pura sendiri yg gagal meyakinkan para pegiat budaya yg merasa dianak tirikan karena tdk masuk dalam sekenario besar tersebut.
Belum lagi dengan munculnya wabah pandemi Penyakit yg melanda Hastina pura dan seluruh penjuru negeri yg megharuskan Pemerintah Hastinapura melakukan Pembatasan yg menyebabkab lumpuhnya perekonomian dan kesehatan masyarakatnya yang mau tdk mau harus merecofusing sejumlah anggaran dan membuat perubahan yg mendasar dalam Perencanaanya.
Belum lagi dengan kelakuan para pembesar Kurawa dan para kroninya yg sengaja memanfaatkan situasi ini dengan bermain main lewat anggaran dan kebijakan penangan pandemi demi mengeruk keuntungan pribadi serta memperkaya diri sendiri yg semakin memperparah dan memperkeruh satabilitas politik serta perekonomian.
Percumbuan dengan pandemi yg dilakukan oleh para pembesar Hastinapura mungkin tdk akan terasa secara signifikan tapi dampaknya rakyatlah yg dirugikan karena hak kesehatan dan ekonomi yg seharusnya mereka dapat menjadi berkurang bahkan mungkin hilang karena dikebiri dan dimanipulasi oleh pihak yg memanfaatkan kebijakan penanganan pandemi ini.
Belum lagi pembatasan kegiatan yg diberlakukan secara langsung menyebabkan lumpuhnya kegiatan perekonomian sosial dan budaya masyarakatnya sehingga Bagong petruk dan gareng yg terbiasa Ngglothang belusukan sampai kedaerah paling pelosok dan wingit sekarang harus terbiasa dengan Ngglothang Secara Virtual.
Bagong cuma berharap dan berdoa semoga dalam kondisi pandemi dan serba keterbatasan ini tidak menjadikan penguasa Hastinapura merubah arah dan melenceng dari cita cita serta visi misinya yg merupakan Janji suci menuju Masyarakat Hastinapura yg Mandiri Sejahtera dan berbudaya karena sudah ditunggu dan mesti dipenuhi.
Dipenghujung malam Bagong yg masih bergelut dengan kesendirianya meneguk kopi yg sudah dingin secara perlahan seperti ada yg mengganjal di tenggorokanya yg menghalangi masuknya air kopi mengalir lewat tenggorokanya yg kering karena terlalu banyak menghisap rokok sehingga mengharuskanya berdehem utk meredakanya.
Atau haruskah Bagong berteriak utk menghilangkan serak dan sesuatu yg mengganjal ditenggorokanya sementara suaranya sudah parau terdistorsi banyak suara sumbang disekelilingnya….?
Atau dia harus terus tertidur dan melanjutkan Mimpi karena semuanya haya ada dalam Negeri Impian….?
*) Ki Sengkek Suharno
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua PC GP Ansor Kab. Tegal
■Pojok Pujasera Alun Alun Slawi