Surabaya, Cakrawalanews.co – Menteri Pemuda dan Olah Raga Zainuddin Amali mengingatkan agar kaum milenial bersiap diri menghadapi bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia. Salah satunya dengan mempersiapkan diri menghadapi berbagai persaingan yang makin ketat.
“Kemenpora membuat program untuk menghadapi bonus demografi yang akan datang. Program prioritasnya, adalah mendorong pemuda menjadi kreatif, inovatif, mandiri, berdaya saing dan menjadi wirausahawan atau pelaku usaha (entrepeneur),” ujar Zainudin saat sambutan acara Pendidikan Politik bagi kader Partai Golkar Jatim di Surabaya, Sabtu (21/12).
Zainudin mengatakan yang ada pada bonus demografi itu, mayoritas adalah kaum muda yang produktif. Menurutnya Kemenpora perlu mendorong pemuda yang kreatif, inovatif, mandiri, berdaya saing dan wirausahawan, karena jika bonus demografi tak dikelola dengan baik, akan menjadi beban bagi bangsa ini. “Berdasar data statistik, beberapa tahun ke depan usia harapan hidup kita itu juga makin panjang. Kalau tidak disiapkan dengan baik pada saat usia muda, maka tentu bonus demografi bukan menjadi manfaat malah jadi petaka bangsa kita. Siapa yang tidak siap akan tergilas dan tersingkir,” ujarnya.
Pria yang juga Plt Ketua DPD Golkar Jatim ini mengatakan dalam bonus demografi tersebut, saingan antar negara juga semakin ketat. Contohnya, Indonesia di antara negara-negara Asia Tenggara dulu selalu berada di depan. “Tapi, makin hari kita mulai agak tertinggal, karena kita dulu dimanjakan oleh sumber daya alam yang melimpah, tetapi kita tidak mempersiapkan sumber daya manusia (SDM),” katanya.
Ia menambahkan Presiden Joko Widodo membuat lima program prioritas. Yaitu, meneruskan pembangunan infrastruktur, pembangunan SDM, mereview atau meringkas aturan-aturan atau regulasi, menata birokrasi dan soal ekonomi. Yang dimaksud ekonomi, adalah mendorong UMKM dan berbagai hal yang berkaitan dengan ekonomi rakyat bisa ditranformasikan.
“Dari lima program prioritas, yang paling penting adalah pembangunan SDM. Persaingan diantara kamu muda atau milenial, sekarang makin ketat. Mereka akan bersaing dengan pemuda yang menempuh pendidikan di luar negeri,” jelasnya.
Untuk itu, Zainudin berharap mulai sekarang harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Pemerintah menyiapkan berbagai hal untuk menuju ke arah sana, agar baik pemuda yang ada di dalam negeri, kuliah di Perguruan Tinggi (PT) Negeri maupun datang setelah kuliah dari luar negeri akan setara dan sejajar.
“Dengan demikian, diharapkan setelah lulus dari jenjang pendidikan tinggi atau lainnya, tidak perlu berpikir masa depan dan meneruskan karir. Semua diwadahi oleh pemerintah. Kesempatan terbuka bagi siapa saja, tidak bisa membatasi, hanya yang lulusan dalam negeri saja, tidak boleh ada diskriminasi,” jelasnya.
Ia mendukung kegiatan Pendidikan Politik bagi kader Golkar. Menurutnya banyak manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini. “Paling tidak, mendapat pengetahuan dan memperluas wawasan yang mungkin hanya bisa melihat di televisi, memcaba di media, online dan berbagai media komunikasi yang lain,” pungkasnya.
Sementara itu Wagub Jatim, Emil Elestianto Dardak mengatakan bahwa Partai Golkar telah memiliki wajah baru, yaitu milenial. “Ini baru wajah Partai Golkar, benar-benar milenial” katanya.
Emil Dardak menceritakan akan niatnya untuk hadir ditengah-tengah ratusan kader milenial Partai Golkar. “Saya langsung meluncur dari Kediri, dan kesini kumpul bareng milenial Golkar. Semangatnya makin banyak generasi milenial,” terangnya.
Suasana pendidikan politik ini kian mengalir saat suami Arumi Bachsin menanyakan bahwa apa itu sebenarnya politik. Menurutnya, kaum milenial untuk melek politik itu sangatlah penting. “Para milenial sudah saatnya melek politik. Insya Allah saat ini eranya sudah berubah,” jelas Emil Dardak.
Ia pun menegaskan kalau bicara mengenai pembangunan di Indonesia secara tidak langsung juga berbicara politik. Dan Partai Golkar, lanjut Emil Dardak, telah mengikuti dan mengalami naik turunnya ditengah pembangunan Indonesia.
“Kalau kita runut sejarahnya, Golkar mengikuti sejarah ini, mengalami naik turun. Yang namanya terlibat pasti merasakan naik turunnya,” paparnya.
“Jadi kata kuncinya sekarang, politik itu adalah masalah partisipasi dalam proses demokrasi. Apa yang dibangun melalui proses demokrasi,” tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Sekolah Politik Golkar Jatim, Pranaya Yudha mengatakan Partai Golkar menggelar acara pendidikan politik bagi kader-kader yang masih berusia dibawah 35 tahun. “Sekolah politik Partai Golkar akan kita kemas lebih santai dan tidak terlalu tegang, tapi acaranya ini bermuatan positif untuk para kader muda Partai Golkar,” katanya. (Caa)