Surabaya, cakrawalanews.co – Tri Setyarini (34), perempuan asal Jalan Ngagel Rejo 1/14 Surabaya, mengadu ke gedung DPRD Surabaya.
Kedatangan Rini ke DPRD Surabaya untuk mengadukan nasib putrinya yang menderita TOF Posy Pecutaneous Transcatheter Ballon Valvuloplasty (PTBV)+Ps Berat.
Pasalnya, saat ini ia tengah kebingungan untuk melanjutkan pengobatan anaknya tersebut lantaran kesulitan biaya berobat.
Sebelumnya, putrinya yang bernama Azkiya Nur Annisa yang masih berumur 22 bulan tersebut sudah berobat ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta, lantaran tak punya biaya lagi anaknya tersebut terpaksa tidak bisa melanjutkan pengobatan.
“Saya sudah pernah ke Jakarta ke RS Jantung Harapan Kita, tapi hanya tiga hari saja. Padahal kata dokter di sana, saya diharuskan untuk tinggal lebih lama. Mau ginama lagi, wong biaya yang kami miliki hanya mampu sampai tiga hari saja,” ujar Rini didampingi suaminya, Kamis (11/04).
Lebih lanjut dia menjelaskan, selama di Jakarta, dokter setempat juga mendiagnosa anaknya terserang cerebral palsy.
Hal itu berdasarkan kondisi balita Azkiya yang terlihat terhambat tumbuh kembangnya.
Untuk itulah, berdasarkan kondisi keluarga yang selama ini berobat menggunakan BPJS Kesehatan, meminta bantuan semua pihak.
“Kami minta bantuan Wali Kota Surabaya, Gubernur Jatim, Kepala BPJS Kesehatan KCU Surabaya, wartawan dan donatur di Surabaya yang bisa meringankan beban keluarga kami untuk berobat di Jakarta. Kami benar-benar tak mampu, kami hanya butuh biaya untuk berobat di Jakarta,” ungkap Rini yang tak mau pengobatan anaknya terhenti.
Pihak orang tua sudah membawa balita Azkiya ke RSUD dr M Soewandhie, namun karena keterbatasan peralatan, balita tersebut di rujuk ke RSU Dr Soetomo dan untuk penanganan lebih lanjut dirujuk Jakarta.
Diceritakan Tri bahwa awal penyakit anaknya diketahui saat berumur dua bulan. Saat itu jari-jari Azkiya terlihat membiru, lalu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan awal.
Hingga akhirnya balita Azkiya menjalani perawatan di RSU Dr Soetomo karena diagnosa kelainan jantung. Bahkan setelah menjalani CT-Scan, ditemukan pula kelainan lain pada pembuluh darahnya.
Selama hampir dua tahun menjalani perawatan di Dr Soetomo, untuk mencari perbandingan diagnosa, pihak Dr Soetomo menyarankan balita Azkiya dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta.
Hal inilah yang membuat berat pasangan tersebut, sebab mereka butuh biaya hidup selama berobat di Jakarta.
Perempuan yang akrab disapa Rini, sehari-hari hanya sebagai pekerja di percetakan Titanium, Jl Kali Rungkut.
Sementara suaminya Achmad Rusli (36) hanya sebagai ojek online. Tentu saja kehidupan warga yang ber-KTP di Jl Ngagel Rejo 1/14 dan tinggal di kawasan Jl Tambak Wedi Baru XV ini sangat kekurangan. Apalagi Rini hanya digaji jika dia masuk bekerja, sementara dia juga tak bisa berlama-lama berada di Jakarta.
Sementara itu, saat di DPRD Surabaya, Rini ditemui oleh Vincensius Awey, anggota Komisi C, oleh Awey masalah Rini tersebut langsung disampaikan ke rumah sakit Dr. Soetomo melalui dr Joni Wahyuhadi, dimana pihak Dr Soetomo menegaskan jika pihaknya masih mampu menangani hal tersebut.
Bahkan dr Joni menegaskan, untuk ke RS Jantung Harapan Kita adalah keinginan orang tua balita Azkiya sebagai second opinion.
“Terkait penanganan balita Azkiya, dr Joni menyarankan pada Senin (15/4/2019) agar orang tua balita untuk meneruskan pengobatannya di Dr Soetomo. Bahkan Rini diminta untuk menggunakan SKTM agar seluruh biaya pengobatannya tercover pemerintah,” tutur Awey.(hdi/cn02).