Surabaya, cakrawalanews.co – Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini rasanya tepat menggambarkan perjalanan Siti Nur Lestari, drg. SpKGA, dokter gigi spesialis gigi anak di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya, yang menggeluti dunia batik. Lahir dan tumbuh di lingkungan industri batik Solo, Lestari memiliki bakat mendesain batik. Lahir di kota Solo 53 tahun silam, ia merupakan anak ke 7 dari 10 bersaudara pasangan pengusaha batik tulis di Solo. Tidak hanya proses pembuatan, bahkan ilmu tentang pemasarannya ia peroleh dan pelajari langsung dari kedua orang tuanya.
“Waktu kecil saya pernah juga ikut ibu jualan batik di Pasar Klewer, tapi karena sering lihat pembeli yang membongkar-bongkar dagangan ibu saya dan kemudian tidak jadi beli, lambat laun membuat saya kesal dan tidak mau lagi ikut ibu jualan. Saya akhirnya pilih di rumah lihat bapak membatik,” kisahnya seraya tergelak.
Hampir setiap hari melihat sang bapak dan pengrajin lainnya membatik, membuat Lestari mampu belajar dan mengerti setiap detil proses pembuatan batik tulis. Menekuni profesi sebagai dokter gigi sejak 1989, tidak lantas membuat Lestari jauh dari jangkauan daya ‘magis’ batik yang sudah melingkupinya semenjak kecil. Keinginannya untuk membuat karya batik yang disukai dan dipakai banyak orang tetap terpelihara.
Pada tahun 2007, disela-sela kesibukan menjalankan profesi sebagai dokter gigi anak, timbul pemikiran untuk membuat desain batik yang unik dan berbeda.
“Saya terinspirasi membuat desain batik bermotif gigi geligi, sesuai dengan profesi saya sebagai dokter gigi,” tukasnya.
Desain batik ciptaannya pun mendapat sambutan luas dikalangan koleganya. Bahkan Lestari pun kerap ikut pameran dalam komunitas profesinya. Ini kian memudahkan jalan baginya dalam mengenalkan sekaligus memasarkan batik ciptaannya. Seiring berjalannya waktu, Lestari menerima banyak permintaan dan pemesanan desain dari komunitas dokter gigi.
Ketika batik ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO pada bulan Oktober 2009 silam, motif desain ciptaan Lestari semakin beragam. Ia menuangkan imajinasi desainnya dalam motif medical.
“Ada beberapa motif medical batik yang saya ciptakan, meliputi Anatomi, Histologi, Pathologi, Microbiologi dan lainnya,” imbuhnya.
Desain batik ciptaan Lestari telah banyak digunakan oleh sejawatnya diberbagai perkumpulan bidang profesi kedokteran, seperti IDGAI, PAPDI, NEPROLOG, NEUROLOG, BIOMEDIK, PERSADIA, IDI, PDGI, dll.
Melebarkan sayapnya, Lestari melabeli batik ciptannya dengam nama ‘Ashri’, yang diambil dari nama anak perempuannya Bening Sinaring Ashri.
Meski batik yang diproduksi sebagian besar dengan desain yang bermotif kedokteran, namun Lestari tidak meninggalkan corak batik tradisional khas Solo.(rur)