Surabaya. Cakrawalanews.co – Jelang 1 abad usia Nahdlatul Ulama (NU), DPW PKB Jatim menggelar refleksi dalam bentuk diskusi menghadirkan beberapa narasumber berkompeten di Grha Gus Dur jalan Gayungsari Timur Surabaya, Kamis (2/12/2021) petang.
Kegiatan tersebut dibuka sekretaris DPW PKB Jatim Hj Anik Maslachah. Dalam sambutannya, Ning Anik sapaan akrabnya mengatakan bahwa tujuan refleksi jelang 1 abad NU adalah untuk mereview dan memberikan semangat kepada kader-kader NU agar bisa menjaga eksistensi dan memajukannya di masa depan.
“Keberadaan NU itu bukan hanya untuk memenuhi kepentingan nasional tetapi juga internasional. Mengingat, Islam yang rahmatan lil alamin yang menjadi rujukan seluruh dunia saat ini berkiblat pada NU,” kata wakil ketua DPRD Jatim.
Oleh karena itu politikus asal Sidoarjo itu mengajak seluruh kader NU, khususnya kader-kader NU supaya bangga menjadi penganut paham Islam Ahlisunnah Wal Jamaah An Nahdliyah.
Sementara itu Dr Saiful Bahar dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi salah satu narasumber menyatakan, bahwa penyangga Islam Rahmatan Lil Alamin di Indonesia itu tinggal NU dan Muhammadiyah.
Namun sebagaimana hasil beberapa lembaga survey, Muhammadiyah anggotanya cenderung terus merosot bahkan tinggal 4,3 persen. Sedangkan NU dari sisi kuantitas ada di kisaran 40 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia.
“Perubahan zaman saat ini begitu cepat, karena itu NU harus bisa mempersiapkan diri sejak dini menghadapi perubahan. Khususnya eksistensi dunia pesantren yang menjadi kawah candradimuka calon kader-kader NU di masa depan,” kata dosen FISIB UINSA ini.
Ia optimis selama pesantren eksis, NU tak akan kekurangan kader yang akan berkhidmat pada NU. Sebab pendidikan di pesantren itu 4 K yaitu Kritis, Kreatif, Kolaboratif, dan Komunikatif sehingga komplit. Bahkan diadopsi oleh Mendikbud menjadi metode Merdeka Belajar yang mulai dikembangkan di lembaga pendidikan formal.
Masih di tempat yang sama, narasumber lainnya Afif Amrullah selaku Ketua Lazis-NU Jatim mengatakan bahwa tema yang diusung dalam Muktamar ke 33 NU adalah “Kemandirian dalam berkhidmat untuk peradaban dunia”. Oleh karena itu, NU ke depan harus bisa mandiri dan lebih maju.
Lantas harus dimulai dari mana? kata Afif yang paling mudah dan sudah banyak bukti adalah melalui filantropi yakni dari Zakat, Infaq dan sedekah yang biasa ditangani Lazis-NU.
“Beberapa PC dan MWC NU di Jatim yang melaksanakan tradisi jimpitan kaleng NU Sedekah Sedino Sewu maupun kotak amal keliling, ternyata bisa menghimpun dana hingga Rp.200 juta sebulan, sehingga bisa membiayai kegiatan NU beserta banom-banom NU maupun rehab gedung,” jelas Afif.
Selain cara tradisional, pihaknya juga mulai mengembangkan inovasi filantropi dengan ATM, M-Banking, Crowdfunding / Landing Page, hingga Digital Fun Rising sehingga bisa memudahkan warga nahdliyin untuk berpartisipasi.
“Cara lainnya adalah dengan membentuk badan usaha NU, dan I’anah syahriyah anggota yang belum bisa berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Fauzan Fuadi ketua F-PKB DPRD Jatim mengakui bahwa peran serta politik kader NU perlu ditumbuhkembangkan. Mengingat, peran politik cukup menentukan bagi kepentingan masyarakat secara luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jangan pernah alergi dengan politik, sebab NU pernah jadi parpol di pemilu pertama dan menjadi pemenang ketiga.
NU tak hanya fokus pada urusan dakwah dan keumatan tapi di luar itu juga perlu agar tak dikuasai orang luar yang justru nantinya bisa menjadi masalah bagi umat, bangsa maupu negara,” beber bendahara DPW PKB Jatim.
Menurut Fauzan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengangkat pemikiran-pemikiran serial tentang apa sih yang semestinya NU perbuat supaya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, sebagaimana tujuan awal berdirinya organisasi NU.
“Tema tentang peran NU di bidang politik itu salah satunya, karena faktanya lahir dan tumbuhnya NU itu memiliki sumbangsih yang begitu besar terhadap keberlangsungan negara dan bangsa ini,” pungkas alumnus Ponpes Qomaruddin Bungah Gresik ini. (Caa)