Surabaya,cakrawalapost.com- Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur meminta kepada Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jatim agar turun ke lapangan langsung memantau kondisi kesehatan hewan qurban menjelang pelaksanaan Idul Adha. Hal ini dilakukan agar semua hewan qurban bebas dari penyakit antrax dan layak konsumsi bagi masyarakat.
“Kalau bisa hewan jantan yang harus jadi qurban, jangan hewan betina karena sesuai aturan yang ditentukan, terutama hewan sapi untuk melindungi populasi hewan ternak sapi,” kata anggota Komisi B DPRD Jatim, SW Nugroho di DPRD Jatim, Senin (13/8)
Nugroho juga meminta Dinas Peternakan agar menurunkan tim yang disebarkan ke sentra peternakan hewan qurban, sehingga hewan yang akan diqurbankan harus bebas dari penyakit antrax. Jangan sampai hewan yang dijual untuk qurban terindikasi penyakit.”Melalui UPT yang ada di daerah – daerah, Dinas Peternakan harus memerintahkan jajarannya untuk mengecek hewan qurban seperti kondisi mata, telinga, dan fisik hewan harus sehat semua,” tegasnya.
Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim, Wemmi Niamawati mengatakan, saat ini Dinas Perternakan Jatim telah menyiapkan 500 tenaga untuk memeriksa hewan qurban. Tim nantinya akan memeriksa antem mortem dan post mortem jelang Idul Adha.
Dimana, tim pemeriksa hewan qurban nantinya akan turun 5 hari sebelum Idul Adha dan 3 hari setelah Idul Adha. “Masing-masing kabupaten/kota sudah memiliki dokter hewan serta paramedis. Yang juga tersebar di petugas kecamatan. Jadi, 38 dikali 10-20 orang, ya sekitar 500-an orang yang akan terjun ke lapangan,” ujarnya.
Tenaga pemeriksaan ini, terdiri dari tim Bidang Kesehatan Hewan Disnak Jatim, dan Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner yang bekerja sama dengan fakultas kedokteran hewan di beberapa kabupaten/kota. Di antaranya dengan beberapa universitas swasta maupun negeri di Surabaya, Gresik, Lamongan, dan Sidoarjo.Tujuannya untuk memastikan kesehatan hewan ternak qurban di Jatim menjelang Idul Adha. “Saya sudah surati kepala disnak di kabupaten/kota untuk melakukan pemeriksaan hewan qurban ini,” jelasnya.
Pihaknya menggencarkan pelatihan-pelatihan untuk juru sembelih halal (Juleha). Hal ini guna memberikan bekal kepada mereka tentang cara menyembelih hewan ternak yang sesuai. “Juleha ini para takmir masjid, saat ini kami sedang melakukan pelatihan di Malang. Tentang tata cara penyembelihan, sesuai syariat Islam,” bebernya.
Terlepas dari itu, Wemmi memastikan bahwa hingga berita ini diturunkan, tidak ada temuan kasus penyakit hewan qurban yang dapat menular kepada manusia (zoonosis). “Alhamdulillah, tidak ada kasus ternak yang terjangkit penyakit menular strategis maupun zoonisis,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bukan berarti tidak ada kemungkinan adanya penyakit pada hewan. Guna mengantisipasinya, disnak memastikan bahwa tetap akan ada pengawasan terkait lalu lintas hewan, terutama di perbatasan didirikan pos-pos pemeriksaan hewan atau check point seperti di Ngawi, Magetan, Tuban, dan Banyuwangi. (jn)