Surabaya, cakrawalanews.co – Mulai H – 10 hingga H + 10 lebaran 2019, Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII memastikan pengerjaan rekonstruksi jalan nasional yang ada di Jatim akan berhenti. Menurut data BBPJN ada enam proyek besar rekonstruksi Jalan Nasional di jalur utama logistik di Jawa Timur.
Kepala BBPJN VIII Surabaya, I Ketu Dharmawahan ditemui di kantornya, Rabu (22/5) mengatakan paket (istilah BBPJN VIII untuk menyebut proyek, red) besar rekonstruksi jalan nasional itu akan dihentikan hingga H+10 lebaran, sesuai imbauan Menteri PUPR.
“Pekerjaan rekonstruksi itu harus kita pending, karena kalau dikerjakan perlu pengerjaan penggalian sehingga akan mengurangi lajur jalan. Sekarang hanya pekerjaan sementara saja. Baru satu lapis di tempat tertentu,” ujarnya.
Proyek-proyek besar rekonstruksi Jalan Nasional di Jawa Timur antara lain jalur ke arah Malang sepanjang 15 kilometer, juga jalur di Lamongan sepanjang 12 kilometer. Lainnya ada di Krian, Tuban, serta jalur Probolinggo-Situbondo.
“Pekerjaan rekonstruksi itu kurang lebih baru 10-20 persen. Jadi sisanya sekitar 80 persen kami kerjakan setelah H+10 lebaran. Sesuai imbauan, itu tidak boleh kami kerjakan. Nanti setelah H+10 lebaran kita rekonstruksi besar-besaran,” katanya.
Meski baru 20 persen yang sudah direkonstruksi, Ketut menjamin jalur-jalur utama Jalan Nasional di Jatim sudah nyaman dilewati pengguna jalan pada saat lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah.
Dia menargetkan, sebelum 26 Mei mendatang, setidaknya sudah tidak ada jalan berlubang di sepanjang jalur utama Jalan Nasional demi kelancaran arus mudik lebaran.
Untuk antisipasi adanya kerusakan jalan selama H-10 hingga H+10 lebaran, BBPJN VIII juga menyiapkan posko di sejumlah titik yang tersedia alat berat dan peralatan pengerjaan jalan. Tim Reaksi Cepat BBPJN VIII juga disiagakan..
Ketut mengakui, memang ada keterlambatan pengerjaan enam paket besar rekonstruksi Jalan Nasional itu. Alasannya, karena kontrak pengerjaan proyek-proyek itu juga telat. Setidaknya butuh waktu 3-4 bulan untuk melanjutkan pembongkaran atau rekonstruksi jalan itu sehingga harus ditunda sementara.
“Jalur utama Surabaya-Malang, Probolinggo-Situbondo, Surabaya-Gresik-Widang-Tuban (dikenal juga dengan Jalan Daendles) itu memang paling besar. Sesuai kontrak (proyek) itu akan berakhir di Desember 2019. Jadi saya yakin, jalur-jalur utama Jawa Timur itu pada akhir 2019 nanti akan jauh berbeda dari sekarang. Karena kontrak ini rata-rata di atas Rp100 miliar. Paling kecil Rp125 miliar. Bahkan yang sekarang ini ada yang Rp220 miliar,” ujarnya.
Sekadar diketahui, proyek-proyek besar rekonstruksi Jalan Nasional di jalur utama Jawa Timur itu sepenuhnya dibiayai dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Ketut bersyukur, ada SBSN yang bisa dicairkan untuk pengerjaan rekonstruksi jalan di Jawa Timur. (jnr/wan)