Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Akhmad Sukardi mengajak Nahdlatul Ulama (NU) untuk mengembangkan ekonomi syariah, pasalnya, kinerja pangsa pasar ekonomi syariah sangat bagus dan kedepan Pemerintah Provinsi Jatim telah menyiapkan berbagai program menarik untuk mengembangkan ekonomi syariah.
Ajakan itu disampaikan Sukardi saat menjadi narasumber sarasehan Pengembangan Ekonomi NU di Kantor Pimpinan Wilayah NU (PWNU) Jatim, Jl. Masjid Al Akbar Surabaya, Selasa (26/1).
Sukardi mengatakan, Jatim telah menjadi barometer ekonomi syariah, salah satu indikatornya adalah dari sisi aset, dimana kinerja pangsa pasar lembaga keuangan syariah di Jatim mencapai 5,32 % atau lebih tinggi dibandingkan dengan pangsa pasar lembaga keuangan syariah nasional yang masih kurang dari 5 %.
Untuk mendukung perkembangan ekonomi syariah, saat ini sudah terdapat 23 kantor cabang Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, 31 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, 373 BMT, Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Koperasi Pondok Pesantren dan Koperasi Syariah.
Pemprov Jatim juga telah melakukan berbagai langkah konkrit yang berpihak pada ekonomi syariah, salah satunya adalah optimalisasi dana zakat untuk mendukung pembiayaan UMKM hingga 0%, hal ini telah dilaksanakan melalui program Pembiayaan Usaha Syariah –PUSYAR- yang dilaksanakan oleh BPRS Kota Mojokerto bekerjasama dengan BAZ Mojokerto.
Kedepan, lanjut Sukardi, Pemprov memiliki berbagai program andalan untuk mengembangkan ekonomi syariah, diantaranya membangun 3.500 koperasi syariah berbasis lembaga fungsional dalam rangka mendukung perekonomian rakyat, kemudian Bank Jatim Syariah juga digenjot untuk mempercepat akselerasi ekonomi syariah.
Selain itu, menggandeng BI dan OJK untuk membentuk Satuan Tugas Akselerasi Ekonomi Syariah (Satu Akses) sebagai wadah bagi stakeholder ekonomi syariah untuk memberikan masukan dan mengawal pengembangan ekonomi syariah di Jatim, serta mendorong semua pola pembiayaan khususnya melalui produk perbankan syariah melalui Bank Jatim Syariah dan Bank UMKM Jatim.
Masih menurut Sukardi, salah satu kendala yang dapat muncul dalam menyukseskan akselerasi ekonomi syariah adalah permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM). Karena itu, Pemprov sudah menyiapkan solusi yakni membangun SMK mini di Pondok Pesantren.
“Di SMK mini, rata-rata ada 3 kompetensi keahlian yang bisa dipelajari oleh santri, diantaranya teknologi dan rekayasa, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, agrobisnis dan agroteknologi, bisnis dan manajemen, dan pariwisata. Lulusan SMK mini akan mendapatkan sertifikat internasional” ujarnya.
“Harapan kami, para lulusan Ponpes tidak selalu menjadi ustadz, melalui SMK mini ini para santri kelak bisa langung terjun ke dunia kerja ataupun membuka lapangan kerja berdasarkan keahlian yang telah mereka dapatkan di SMK mini, jadi ilmu agamanya bagus, keterampilan juga hebat, mereka bisa menjadi andalan Jatim dalam mengembangkan ekonomi syariah” lanjutnya.
Melihat prospektus yang bagus tersebut, Sukardi mengajak NU untuk terus mengembangkan ekonomi syariah, apalagi bangsa ini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
“Pangsa pasar kita luar biasa, dan SDM yang mumpuni juga kita siapkan, bagi pengusaha NU yang ingin melebarkan sayapnya ke luar negeri, akan kita fasilitasi, asalkan produknya sudah berstandar SNI. Dan kami juga sudah siapkan APBD Rp. 400 miliar untuk bantuan permodalan bagi UMKM, inilah berbagai program kami untuk mengembangkan ekonomi syariah, manfaatkanlah sebaik mungkin” tutur Sukardi.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim, KH. Mutawakkil Alallah mengatakan, program pengembangan ekonomi memang menjadi prioritas NU, pasalnya, tujuan NU sejak didirikan pada 1918 adalah sebagai gerakan kemandirian ekonomi, menjadi pusat penggalangan dana dan mengembangkan agama dan merebut kemerdekaan.
“Berangkat dari situlah, saya menyatakan bahwa titik berat program prioritas PWNU adalah berangkat dari 4 fondasi, yakni dakwah keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan” katanya.
Anwar Iskandar mengatakan, jika bangsa ini ingin berhasil dalam perjuangan di era MEA, maka fundamental ekonomi harus kuat. Namun disisi lain, ekonomi akan menjadi lebih berkah apabila ekonomi memberikan manfaat terhadap perjuangan.
“Berbeda halnya jika kekuatan ekonomi digunakan oleh kepentingan personal, tapi jika dimanfaatkan untuk sosial, itu punya nilai dimensi soleh sosial, dan ketika kita bicara soleh sosial, maka NU adalah jawabannya, karna tugas NU adalah untuk menyejahterakan umat” pungkasnya.(cn01)