Bojonegoro, cakrawalanews.co , – Karsi, seorang warga Dusun Kedunglele RT.003/RW.007 Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Jawa Timur, kini merasa senang. Pasalnya, wanita 74 tahun yang bertahun-tahun hidup dirumah bambu berukuran 4 meter x 8 meter seorang diri ini akan dibangunkan rumah tembok oleh Satuan Tugas (Satgas) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 105 Bojonegoro.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya dibenak seorang janda yang ditinggal wafat suaminya, Sitam, tujuh tahun yang lalu ini, rumahnya yang tidak layak huni ini bakal direnovasi menjadi rumah yang layak huni.
Karsi telah berusia senja, dikaruniai seorang anak dan 2 cucu ini terlihat masih sehat. Bicaranya terdengar jelas, namun pendengarannya berkurang.
Komandan Satgas (Dansatgas) TMMD Letkol Arh Redinal Dewanto, S. Sos., M.I.Pol., mengatakan bahwa perbaikan rumah ibu Karsi merupakan salah satu sasaran fisik dalam program TMMD tahun ini, yakni rehap 15 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
“Sebanyak 15 unit rehab RTLH pada program TMMD ke- 105 ini. Selain itu, juga ada sejumlah sasaran fisik lainnya seperti pembangunan jembatan, normalisasi jalan poros desa, rehab ruang kelas, pembangunan sarana prasarana air bersih dan lainnya,” ungkapnya kamis 11/7.
Pak RT: Kita All Out Bantu Renovasi Rumah mbah Kasi
Sementara Babinsa Tondomulo, Sertu Andi, memastikan renovasi dirumah ibu Kasi akan segera dilakukan. Terlebih lagi, rumah tersebut duduk diposisi rangking teratas, rumah paling parah dalam daftar agenda renovasi RTLH
Menurut keterangan salah satu warga, rumah tersebut terlihat cukup “sintrung”. Hal itu bukan disebabkan adanya “makhluk astral” disekitar rumah itu, namun lebih karena kondisi bangunan yang rusak parah ditambah penerangan “minimalis” disekitarnya.
Dinding rumah maupun bagian atapnya, sudah masuk kategori tidak layak huni. Kayu-kayu dalam struktur bangunan sudah dalam kondisi lapuk dimakan usia, dan kondisi genteng terlihat banyak yang pecah.
Sementara dari penjelasan Ketua RT, Ngairun, bila hujan tiba, rumah ibu Kasi tak ubahnya seperti air terjun buatan didalam rumah. Sayangnya, air terjun buatan itu bukan karena bagian “design rumah bergenre kontemporer”, namun disebabkan mayoritas gentengnya pecah atau retak.
Akibat air hujan yang masuk kedalam rumah, banyak kayu-kayu penyangga atap menjadi lapuk oleh air yang mekewatinya. Demikian juga dinding rumah, banyak yang terlihat keropos.
“Kalau hujan, beliau ini selalu sibuk kesana kemari. Harap maklum, beliau hidup seorang diri, sudah tujuh tahun ditinggal suaminya,” jelas Ngairun.
Terkait renovasi RTLH, Ngairun sangat mendukung adanya agenda ini, dan ia bersama warga sekitar sepakat membantu pelaksanaan renovasi tersebut.
“Kita akan all out bantu renovasi beliau. Sudah sewajarnya kita bantu warga yang kesulitan. Saat ini waktu yang tepat, bersama bapak-bapak tentara, kita bekerjasama menyelesaikan renovasi rumah beliau,” kata Ngairun.
Mbah Karsi: Terima Kasih Pak Tentara
Renovasi rumah milik ibu Kasi, menjadi impian yang benar-benar terwujud. Kebahagiaan secara pribadi, ada pada satu kalimat yang singkat dari ucapan terima kasih mbah Kasi.
Saat bertatap muka dengan Babinsa Tondomulo, Serda Andi, imbah Karsi dengan wajah setengah sendu, dan setengah ceria mengungkapkan isi hatinya.”Matur nuwun pak tentara, griya kula badhe didandani,” kata ibu Kasi.
Satu kalimat singkat, namun jelas artinya, keluar dari mulut seorang janda tua yang berstatus warga “original” desa tersebut. Kalimat itu terdengar sangat natural, tanpa teks, dan tanpa setting.
“Rumah bu Kasi nanti kita bangun bersana warga disini. Yang jelas, rumahnya akan kita renovasi, leboh baik dari sekarang,” jelas Serda Andi.
Serda Andi mengaku rumah itu sendiri memang dalam kondisi sangat parah, dan hampir 90% seluruh bagian strukturnya rusak. “Hujan yang sudah umum menjadi kebahagiaan bagi petani setempat, justru sebaliknya, menjadi kesusahan bagi ibu Kasi. Hal ini disebabkan air hujan masuk kedalam rumahnya tanpa “ijin” atau “pamit” terlebih dahulu. (wan/pndim.bjngro)