Risma Tak Punya Lawan. Ini Analisa Psikologi Politiknya

oleh -109 Dilihat
oleh
Tri Rismaharini

Surabaya, cakrawalanews.co –

Polemik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Surabaya,  memunculkan kesan bahwa tidak adanya lawan dari pasangan calon (Paslon) incumbent Tri Rismaharini-Wisnu Sakti Buana. Kondisi tersebut membuat Risma sebutan Tri rismaharini, semakin menjadi sosok yang tak tertandingi di pertarungan Pilkada Surabaya ini.

Pengamat Psikologi Politik, Akhmad Fauzie, mengatakan kokohnya Risma di Pilkada Surabaya ini karena Risma berhasil memunculkan karakter budaya arek di kota Surabaya.

” Jadi Risma menampilkan diri sebagai sosok arek Surabaya, dan selain itu dia juga melakukan pendobrakan sebagai pemimpin perempuan dan juga apa yang dilakukannya selama ini tidak ada kesan diseting” tutur Fauzie kepada cakrawalanews.co Rabu (02/08) siang.

Masih menurut Fauzie, kalau dilihat dari kajian psikologi politik dan antropologi budaya, Surabaya itu sangat kental dengan  karakter budaya arek, ada beberapa hal yang menjadi identitas budaya arek yakni spontanitas dan demokratis.

“ Anda bisa lihat, prilaku-prilaku yag dimunculkan Risma sebagain besar mencirikan budaya arek, mulai dia yang turun langsung kejalan, dan sifat yang spontanitas seperti kasus rusaknya taman di taman Bungkul dan lain sebagainya”imbuh pria yang menjabat sebagai wakil dekan I Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya ini.

Yang ditunjukkan Risma adalah, lanjut Fauzie,  lebih menunjukkan konsistensi sebuah perilaku yang tidak menunjukkan ke wali kotaannya, itu yang menjadi konsistensi Risma sehingga ia memunculkan budaya arek dan inilah yang menjadikan Risma begitu kuat d Surabaya.

Fauzie, menambahkan bahwa meskipun semua itu tidak lepas dari campur tangan partai, namun tidak bisa dipungkiri trend pemilu kali ini lebih menunjukkan pertarungan dari figur.

“ Jadi pemilihan langsung ini mengutung calon-calon lokal yang dinilai mencermikan budaya lokal meskipun, harus ada campur tangan dari partai politik” tuturnya.

Belajar dari sejarah Pilpres lalu, bagaimana sosok Jokowi begitu kuat sehingga ia mampu mengambil simpati pemilih karena dia menunjukkan sosok yang kuat.

“Saat ini pertimbangan pemilih adalah karena figur bukan lagi partai jadi, partai PDI di Surabaya saat di diuntungkan dengan figure Risma”pungkasnya.(mnhadi)