Jakarta, Cakrawalanews.co – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menjelaskan soal aksi demonstrasi mahasiswa yang berujung ricuh di sekitar gedung DPR RI. Tito menyebut, kericuhan ini mirip dengan kerusuhan pada 21-23 Mei 2019.
“Ini mirip dengan pola kerusuhan 21-23 Mei dimulai sore hari dan berlangsung sampai malam hari dan ini kita lihat cukup sistematis, artinya ada pihak-pihak yang mengatur ini,” kata Tito di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).
Dia mengatakan, polisi sudah mengamankan lebih dari 200 orang yang diduga terkait kericuhan dan mendapat bayaran saat demonstrasi di sekitar DPR. Menurut Tito, ada molotov yang diamankan dari mereka yang ditangkap.
“Molotov bukan mahasiswa yang ditangkap juga sebagian di antaranya bukan mahasiswa bukan pelajar, mereka masyarakat umum yang ketika ditanya juga mereka nggak paham tetang RUU apa, RUU apa bahkan ada yang mendapat bayaran,” tuturnya.
Menurut Tito, para perusuh ini memanfaatkan aksi mahasiswa yang awalnya menyampaikan aspirasi dengan tertib untuk membuat kericuhan. Para perusuh ini, disebut Tito, memiliki agenda tersendiri yang beda dengan aksi mahasiswa.
“Kita melihat ada indikasi kelompok yang melakukan aksi ini yang semula murni dari adik-adik mahasiswa ada pihak yang memanfaatkan, mengambil momentum ini untuk agenda sendiri, untuk agenda-agenda politik yang disebutkan Menko Polhukam dengan tujuan politis untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah secara konstitusional sehingga kita lihat seperti di Jakarta tidak tepat sudah caranya adanya penggunaan bom molotov, ada pembakaran pos polisi,” ucapnya.
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto menyesalkan aksi demonstrasi mahasiswa dalam beberapa hari ini diambil alih oleh pihak lain yang berupaya membuat kekacauan. Wiranto menyebut, para perusuh itu mencoba menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden.
“Saya kira yang dihadapi kelompok yang mengambil alih demo mahasiswa itu bukan murni untuk mengoreksi kebijakan lain, tapi telah cukup bukti mereka ingin menduduki DPR dan MPR agar DPR tidak dapat melaksanakan tugasnya, dalam arti DPR tidak dapat dilantik dan lebih jauh lagi tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih,” kata Wiranto saat jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).
Wiranto menyesalkan aksi demonstrasi mahasiswa yang elegan ditunggangi kepentingan lain. Menurut Wiranto, massa perusuh melakukan tindakan brutal dengan menyerang aparat keamanan.
“Kita sangat menyesalkan demonstrasi yang konstruktif, yang bernuansa elegan itu kemudian diambil alih untuk demonstrasi yang tidak lagi mengarah apa yang telah dijawab pemerintah dan DPR, demo yang brutal yang saya kira bukan demonstrasi karena dilakukan para perusuh melawan petugas melempar batu, meluncurkan kembang api, panah-panah api kepada petugas, bergerak di malam hari,” ujar dia.
Wiranto menyebut tindakan brutal itu tak sesuai dengan aturan yang ada. Dia berharap semua pihak dapat menjaga keamanan tetap kondusif.(dtc/ziz)