Surabaya, cakrawalanews.co – Luka merupakan salah satu gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit. Proses penyembuhan luka dapat sembuh dengan sendirinya jika didukung dengan kondisi yang optimal namun akan mengalami kegagalan penyembuhan jika ada faktor yang menghambat sehingga luka sulit untuk sembuh. Salah satu alternatif untuk pengobatan penyembuhan luka yaitu dengan memanfaatkan potensi dari sumber daya alam yang dianggap tidak berguna, yaitu kulit buah nanas.
Melihat hal tersebut, tiga mahasiswa Universitas Airlangga yang terdiri dari Teguh Dwi Saputro (Fakultas Keperawatan), Fina Ainur Rohmah (Fakultas Keperawatan) Windi Nurhidayah (Fakultas Kedokteran Hewan) dibawah bimbingan Ibu Rista Fauziningtyas, S. Kep., Ns., M. Kep, saling berkolaborasi dalam satu tim PKM-PE untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan limbah kulit nanas. Limbah kulit nanas diekstrak terlebih dahulu kemudian dikembangkan sebagai obat luka dalam sedian gel.
“Ide ini berawal dari keprihatinan kami yang melihat banyak limbah kulit nanas yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena dibuang begitu saja dan berpotensi untuk menjadi limbah,” ungkap Teguh, Selasa (2/7).
Berdasarkan studi literature yang telah dilakukan, lanjut Teguh, menunjukkan bahwa kulit nanas mempunyai kandungaan flavonoid, tanin, saponin, steroid, fenol, dan asam amino yang berpotensi dalam penyembuhan luka. Selain itu, lanjutnya, pemanfaatan limbah kulit nanas menjadi obat luka dalam sediaan gel akan mengurangi limbah yang menimbulkan masalah kebersihan.
“Kulit nanas yang telah dibersihkan, kemudian dikeringkan dengan cara diangin – anginkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Selanjutnya dihaluskan dan diekstrak. Ekstrak yang telah jadi kemudian diolah menjadi sediaan gel. Begitulah proses secara singkat pembuatan sediaan gel ekstrak kult nanas,” ungkapnya.
Ekstrak yang telah jadi, sambung Teguh, kemudian dibagi menjadi beberapa kosentrasi kemudian di ujikan pada tikus putih yang telah di lukai insisi. Hasil perawatan luka insisi dengan ekstrak kulit nanas dalam bentuk sediaan gel dibandingkan dengan proses penyembuhan menggunakan obat yang biasa digunakan masyarakat.
Teguh mengatakan, bahwa ia dan tim memlilih sediaan gel karena memliki kelebihan yaitu Kandungan air yang tinggi dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum korneum sehingga akan memudahkan penetrasi obat melalui kulit. Gel mempunyai sifat yang menyejukkan, melembabkan, mudah pengunaannya, mudah berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek penyembuhan.
“Selain itu gel mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit. Digunakan basis gel hidrofilik karena daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik,” jelasnya. (wan/jnr/mad)