Surabaya, cakrawalanews.co – Tak sedikit asumsi yang menyebutkan jika kalangan milenial atau yang disebut pemilih pemula apatis terhadap pemilu. Mereka dianggap terlalu cuek terhadap dunia politik dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri. Namun pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Hariyadi tak menyetujui asumsi tersebut.
Menurut pria yang juga dosen ilmu politik di Unair tersebut, kalangan milenial cukup peduli terhadap pemilu tahun ini. Hal ini bisa dilihat adanya ‘ledakan’ jumlah pemilih pemula di Surabaya untuk pemilu 2019.
“Dibanding pemilu periode lima tahun lalu, untuk tahun ini saya melihat ada ledakan dari pemilih pemula. Meski jumlahnya masih berproses hingga hari H nanti, namun riuhnya pemilu terlihat di media sosial yang memang menjadi ‘mainan’ anak-anak milenial,” ujarnya kepada media ini.
Pemilih milenial, dikatakan pria berkacamata ini, hanya akan tertarik apabila ada program yang menyangkut dengan komunitasnya, komunitas anak muda. Disinilah tantangan bagi kontestan pemilu untuk dapat menjaring suara dari kalangan milenial.
“Ketika program kontestan pemilu ‘terintip’ anak-anak milenial bersinggungan dengan mereka, maka akan ada apresiasi dari mereka. Misalnya program terkait start up atau adanya co working space untuk menyalurkan hobi. Hal-hal seperti inilah yang cukup diminati anak-anak milenial,” paparnya.
Hariyadi tak memungkiri jika masih banyak kontestan pemilu yang kurang aware terhadap kalangan milenial. Sehingga dalam berkampanye yang tujuannya ingin menyasar kalangan milenial, dilakukan sama seperti menghadapi masyarakat umum.
“Tentunya kalau disamakan seperti itu ya sulit, kalangan milenial hanya akan menoleh kalau berkaitan dengan hobi dan aspirasi mereka. Itu kenapa muncul asumsi bahwa kalangan milenial apatis terhadap pemilu, padahal kan sebenarnya tidak begitu,” tegas Hariyadi.
Tak berbeda jauh, penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU dikatakan Hariyadi juga melakukan sosialisasi yang kurang efektif untuk menjaring anak-anak milenial.
“KPU dalam melakukan sosialisasi tidak melakukan hal khusus yang digemari anak-anak milenial. Sehingga apa yang dilakukan KPU terlihat kurang efektif,”pungkasnya. (rur)