Surabaya,cakrawalanews.com- Jika badan demam, sakit kepala, nyeri otot sendi dan nyeri belakang mata.Gejala tersebut bisa jadi itu Demam Berdarah. Oleh karena itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur meminta masyarakat untuk aktif memeriksakan diri apabila mengalami gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Siapapun yang mengalami gejala DBD harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat baik Puskesmas maupun Rumah Sakit (RS). Hal ini sangat penting karena apabila terlambat ditangani dapat menyebabkan infeksi virus dengue yang bisa berakibat fatal,” tutur Kepala Dinkes Jatim, Kohar Hari Santoso, Rabu, (30/1).
Ia menambahkan untuk menekan penyebaran penyakit DBD yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, perlu menggalakkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peningkatan curah hujan yang disertai banyaknya genangan di sekitar lingkungan akan menyuburkan perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
“Menjaga kebersihan lingkungan menjadi faktor penting sekaligus sebagai upaya pencegahan agar nyamuk penular DBD ini tidak berkembang biak,” tandasnya.
Sementara ia menjelaskan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur pada awal Januari terus menunjukkan peningkatan. Gejala ini tidak hanya terjadi beberapa daerah, namun tersebar merata di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Kohar merinci hingga 28 Januari 2019 jumlah kasus DBD mencapai 2.660, sementara korban meninggal dunia sebanyak 46 orang. Sebelumnya, pada 15 Januari tercatat 1032 kasus, 16 Januari sebanyak 1.086 kasus, 17 Januari sebanyak 1.226 kasus. Grafik peningkatan jumlah kasus DBD meningkat tajam mulai tanggal 20 Januari sebanyak 1.402 sampai 28 Januari sebanyak 2.660 kasus.
Lebih lanjut, ia menuturkan pihaknya telah memetakan kabupaten/kota yang mengalami lonjakan kasus DBD seperti Ponorogo, Bojonegoro, Kediri dan Tulungagung. Dinkes Jatim, sambungnya, memberikan perhatian khusus dan menyiapkan langkah-langkah penanganan.
“Dukungan pada kabupaten/kota akan diberikan optimal agar tidak ada lagi korban meninggal dunia. Bentuk dukungannya berupa pembiayaan, tenaga medis, obat-obatan maupun fasilitas sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan DBD,” pungkasnya. (wan/jn)