Penataan kawasan wisata religi ampel terus mendapat perhatian khusus. Salah satunya dari kalangan DPRD Surabaya turut memberi masukan terkait rencana Pemkot Surabaya membangun museum di area tersebut. Kalangan dewan mengusulkan museum di kawasan makan Sunan Ampel mengangkat tema penyebaran Islam di Surabaya.
Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Saifuddin Zuhri mengatakan, untuk menarik wisatawan dalam suatu kawasan, perlu ada daya tarik. Nah, membangun museum di kawasan Ampel itu sudah tepat. Hanya saja, lantaran Pemkot belum ada ide dan gagasan konsep musem tersebut, maka pihaknya cenderung minta agar museum itu jadi museum sejarah penyebaran Islam.
“Jadi pengunjung yang nanti datang ke kawasan Sunan Ampel, tidak hanya berziarah dan mengaji saja. Mereka juga bisa mendapat wawasan tentang kisah Sunan Ampel,” katanya, kemarin.
Ipuk, sapaannya, menegaskan, dalam penataan kawasan Ampel, Pemkot kurang serius. Penataan yang selama ini dilakukan hanya sebatas penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). Seharusnya, penataan kawasan wisata seperti Ampel, harus dilakukan secara menyeluruh. Misalnya penataan keluar masuknya pengunjung.
Saat ini, PKL yang ada di kawasan Ampel ini mengeluh karena dagangan mereka sepi. Hal ini disebabkan pengunjung tidak melewati area mereka berjualan. “Pemkot harus membuat konsep kawasan Ampel ini sebagai kawasan yang terintegritas. Mulai dari museumnya, makamnya, masjidnya dan juga PKL-nya,” terangnya.
Pemkot berencana mengkonsep kawasan Ampel seperti Timur Tengah yakni Maroko Style. Saat ini sudah dilakukan pembenahan, terutama pada jalur pedestrian. Kemudian akan ada pembangunan tiga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dari Nyamplungan hingga Pegirikan, dan pemasangan lampu Traffict Light (TL).
“Pembenahan kawasan Ampel tidak mudah. Selain mengakomodir budaya masyarakat setempat, di kawasan tersebut sudah menjadi kawasan ekonomi. Untuk itu, kami memang berencana mengintegrasikan kawasan ekonomi tersebut dengan wisata,” kata Asisten Bidang Perekonomian Pembangunan Sekkota Surabaya, M Taswin.
Dia menambahkan, di kawasan Ampel sibuk dengan aktifitas bongkar muat barang, kemudian parkir mobil pribadi yang mengganggu kelancaran lalu lintas. Diperparah lagi dengan aktifitas PKL yang banyak menggunakan badan jalan untuk berjualan. Sementara, sentra PKL yang disediakan justru sepi. Baik sepi dari pedagang maupun sepi pembeli.(mnhdi/cn04)