Surabaya,cakrawalanews.co – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terus mendukung pemerintah dalam swasembada, salah satunya adalah komoditas cabai. Terbaru Balitbangtan memperkenalkan Produksi Lipat Ganda (Proliga) yang merupakan salah satu teknologi hasil pengembangan.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Catur Hermanto, Senin (7/10) mengatakan, dengan teknologi Proliga, diupayakan peningkatan produktivitas cabai mencapai dua kali lipat baik saat on season maupun off season.
Secara umum, Proliga cabai dapat dicapai diantaranya dengan pengembangan budidaya off season, mekanisasi on farm, efisiensi penggunaan air saat musim kemarau hingga peranan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, proliga cabai juga difokuskan pada efisiensi biaya pada budidaya cabai.
Teknologi proliga untuk cabai on season banyak dilakukan di Jawa, sedangkan kajian off season telah dikembangkan pada lokasi yang memiliki tipologi iklim yang berbeda dengan di Jawa, seperti wilayah NTB, NTT, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara.
Namun, melihat kondisi lahan di Jawa, ternyata tidak sedikit pula petani yang menggarap lahan kering. Inilah alasan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Jawa Timur melakukan kajian teknologi proliga di lahan kering.
Setelah sebelumnya kajian proliga cabai dinilai sukses dilakukan di lahan sawah, pada bulan Juli 2019, BPTP Balitbangtan Jawa Timur kembali melakukan kajian proliga cabai di lahan kering dengan kondisi air minimal.
Kajian ini dilakukan di Kelompok Tani Sumber Pangan II, Desa Sumberboto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, dengan dukungan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar.
Paket teknologi proliga cabai yang diterapkan BPTP Balitbangtan Jatim terdiri atas penggunaan varietas unggul Ciko, persemaian sehat, mencakup penggunaan sungkup, imunisasi bibit menggunakan daun bunga pagoda dan pemangkasan pucuk 3 hari sebelum tanam.
Kemudian, peningkatan populasi dengan 1 dan 2 tanaman per lobang ditanam secara zigzag, pengelolaan unsur hara, serta pengendalian OPT secara bijaksana.
Hal yang sangat menarik bagi petani Blitar selama kajian tersebut terutama pada perlakuan pemangkasan pucuk pada bibit. Ternyata pemangkasan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tunas tertier sehingga memperbanyak jumlah bunga dan buah varietas unggul Balitbangtan Ciko.
Penampilan Ciko yang khas “pendekar” (pendek dan kekar), tidak membutuhkan tali penyangga dan lebih toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dibandingkan varietas eksisting.
Pertumbuhan Ciko didampingi teknologi proliga memperlihatkan hasil mengagumkan walaupun ditanam di lahan kering. Varietas Ciko dengan teknologi proliga diprediksi bisa menghasilkan buah lebih dari 1,5 kg per tanaman, sedangkan hasil rata-rata petani umumnya hanya 0,8-1 kg per tanaman.
Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar Wawan Widianto saat berkunjung dan mengadakan pertemuan dengan peneliti, penyuluh, dan petani.
“Saya berharap teknologi proliga cabai ini bisa dikembangkan secara luas untuk cabai merah dan cabai rawit di wilayah lainnya di Blitar dengan pendampingan dan pengawalan dari BPTP Balitbangtan Jatim,” ungkapnya.
Tantangannya yang masih terus diupayakan adalah bagaimana petani mau mengadopsi teknologi budidaya cabai yang sudah tersedia dengan mudah untuk meningkatkan produktivitas cabai.
Karena itu, pendampingan yang intensif terkait pengelolaan lahan pertanaman, penggunaan mekanisasi, aplikasi tanam, irigasi, perawatan tanaman, hingga pasca panen. perlu dilakukan agar teknologi yang sudah tersedia dapat diadopsi oleh petani. (jnr/wan)