Surabaya, cakrawalanews.co – Massa yang tergabung kedalam Barisan Perempuan Jawa Timur Simpatik (BPJS) mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya. Mereka berorasi menuntut pengusutan kejahatan pemilu dan menyoroti meninggalnya 544 petugas KPPS.
Selain itu juga mendesak pembentukan panitia khusus (pansus) dan Tim Pencari Fakta (TPF) Pemilu 2019, serta menginginkan situng KPU dihentikan.
“Kami bukan dari kelompok pasangan 01 atau 02. Kami independen,” kata salah satu orator BPJS.
Unjuk rasa ini digelar di depan kantor KPU, Jalan Adityawarman sekitar pukul 13.00 WIB. Puluhan massa dengan mengenakan baju putih dengan pita kuning dan bendera kuning.
Pita dan bendera kuning itu, dimaksudkan sebagai bentuk keprihatinan. “Kami juga turut berbela sungkawa atas banyaknya kecurangan pemilu dan banyak meninggalnya petugas KPPS,” kata Ida Farida, salah satu koordinator aksi.
Menurutnya, pemilu 2019 banyak ketidakadilan. Ditegaskan, KPU tidak boleh berpihak dan menjadi jembatan bagi salah satu pasangan calon (paslon).
“KPU harus jujur. Jangan berpihak. Rakyat Indonesia jangan dicederai. Ingat, suara rakyat adalah suara Tuhan. Usut tuntas semaunya,” tegasnya.
Ida pun mengatakan pemilu 2019 sebagai pemilu rusak. Sebab, banyak kecurangan yang terjadi. “Apakah pernah terjadi pemilu seperti ini?” tanyanya.
Karena itu, BPJS juga dikatakannya mendesak agar salah satu paslon didiskualifikasi. Ia tidak menyebut nama paslon tersebut. Namun ia memberikan indikasi paslon itu telah menyalahgunakan wewenang.
“Telah berani terang-terangan curang. Dia melanggar UU Pemilu, jadi layak didiskualifikasi,” tambahnya.
Sementara itu, massa bertahan cukup lama di depan KPU. Mereka menginginkan ada komisioner KPU yang menemui. Tetapi tidak ada satupun KPU. Semua ruangan komisioner terkunci.(hdi/cn03)