Surabayacakrawalanews.co – Kabar 300 mahasiswa magang asal Indonesia menjadi tenaga kerja paksa di Taiwan, mengundang perhatian dari kalangan DPRD Jatim. Pasalnya, mereka khawatir terhadap nasib para mahasiswa tersebut jika tidak ada perhatian serius dari pemerintah Indonesia.
“Kami khawatir kalau ada mahasiswa disana yang menjadi pekerja paksa berasal dari Jatim. Kami berharap dinas terkait segera pro aktif dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengecek ada atau tidak mahasiswa asal Jatim ikut kerja paksa di Taiwan itu,” ujar Agus Dono Wibawanto anggota Komisi E ditemui DPRD Jatim, Jumat (4/1).
Menurut Agus Dono politisi asal Fraksi Partai Demokrat, pihaknya mendukung upaya dari Kemenlu RI untuk menghentikan pengiriman mahasiswa magang tersebut. “ Kami minta dan mendorong agar Kemenlu RI protes ke Taiwan atas perlakuannya terhadap mahasiswa magang asal Indonesia. Ini sangat menyinggung perasaan bangsa Indonesia,” tegas Agus Dono pria asal Malang ini.
Lebih jauh ketua FPD DPRD Jatim ini berharap ke depan pihak Kemenlu RI tak sembarangan untuk mengirimkan mahasiswa magang ke luar negeri. ”Tujuannya memang baik yaitu magang di negara lain untuk menambah kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan dari mahasiswa. Namun, kalau untuk kerja paksa saya kira itu tak manusiawi,” ujar Agus Dono.
Sebagaimana diketahui bersama, ada sekitar 300 mahasiswa magang asal Indonesia berusia di bawah 20 tahun diduga menjadi korban kerja paksa di Taiwan. Mereka diduga kuat diperdaya melalui program magang antara kampus yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan.
Dalam sepekan para mahasiswa itu dikabarkan hanya belajar di kelas selama dua hari. Setelah itu mereka bekerja empat hari di pabrik selama 10 jam, dan mendapat jatah satu hari untuk libur. Mereka kabarnya dipekerjakan di pabrik lensa kontak di Hsinchu dengan waktu kerja dari pukul 07.30 sampai 19.30 waktu setempat.
Ironisnya, mereka harus berdiri selama 10 jam dan membungkus setidaknya 30 ribu bungkus lensa kontak, dengan waktu istirahat hanya dua jam. Bahkan mayoritas mahasiswa yang beragamma Islam diberi makanan yang tidak halal dan mengandung minyak daging babi sehingga mereka terpaksa makan karena takut kelaparan. (pca)