Surabaya, cakrawalanews.co – Industri e-commerce di Indonesia memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Mengutip dari situs Kemenkominfo data analisis Ernst & Young, dapat dilihat pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia.
Melihat data tersebut visi dari pemerintah Indonesia memiliki harapan menjadi negara dengan memiliki kekuatan ekonomi digital terbesar ASEAN pada tahun 2020 bukan sebuah misi yang tanpa alasan.
Besarnya peluang yang ditawarkan oleh era ekonomi digital tersebut sudah pasti akan menyedot banyak pelaku usaha untuk bersaing dan berlomba-lomba memperebutkan tempat untuk bisa ikut andil dalam era ekonomi digital.
Jika tidak mencermati “role of the game” dengan baik oleh para pelaku usaha bukan hal yang tidak mungkin para pelaku usaha akan mengalami kegagalan.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, saat di Surabaya menyebut bahwa para pelaku ekonomi ini harus bisa mampu memanfaatkan marketplace dengan didukung production planing yang baik, material yang tidak diragukan, desain yang bagus serta penamaan (branding) yang bagus pula.
“ Manfaatkan dahulu marketplace yang ada, jangan terburu-buru membuat website sendiri. Mereka harus bisa merencanakan production planingnya jelas. Jangan terlalu menjanjikan namun, ketika ada pemesanan banyak mereka tidak bisa “ jelasnya saat ditemui cakrawalanews.co seusai membuka acara Creative Talk yang digelar di Surabaya Rabu (10/10).
Jadi, lanjut Triawan, peningkatan pemahaman terhadap marketplace yang ada, production planing yang bagus, material yang jelas desain yang bagus penamaan yang bagus menjadi modal terpenting untuk bisa dan mampu bersain diera ekonomi digital.
“ Selain itu semua peran kepala daerah harus bisa mendukung sebagai upaya dorongan dari pemerintah “ imbuhnya.
Sementara itu, pengamat psikologi sosial dari Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Ahkmad Fauzie, menjelaskan bahwa dalam perspektif psiko-sosial, perilaku konsumen sebagai perilaku sosial dipengaruhi oleh karakter personal dan situasi sosial.
Hal tersebut harus mampu dipahami betul oleh para pelaku usaha untuk bisa bisa bersaing di era ekonomi digital. Dimana karakter personal pembeli saat ini sudah berubah demikian juga masukan situasi sosial.
Karakter personal yang mendukung penjualan melalui online adalah gaya hidup konsumtif, dapat dilakukan dimanapun baik penawaran maupun pembelian.
Ia menambahkan, masukan situasi sosial yg mendukung semakin terjangkaunya piranti berbasis internet dan semakin mudahnya mendapatkan akses internet.
“ Justru, pada era digital saat ini, peluang usaha semakin memiliki kesempatan berkembang apabila mencermati dinamika perilaku konsumen tersebut “ tuturnya (12/10).
Lebih lanjut dikatakan pria kelahiran Trenggalek ini bahwa potensi resiko juga pada karakter pembeli yaitu kemampuan membangun kepercayaan (trust) baik trust pembeli kepada penjual maupun penjual kepada pembeli.
” Saya kira ini dinamika psiko-sosial yang menarik. Jika para pelaku usaha mampu membangun trust maka mereka akan mampu bertahan ” jelasnya.
Ia merincikan, trust pembeli kepada penjual lebih pada kepercayaan pembeli terhadap produk yang ditawarkan penjual sesuai dengan pengharapannya.
Sedangkan, trust penjual kepada pembeli lebih pada kesungguhan pembeli melakukan perilaku pembelian.
” Jika trust ini terbagun dengan apik maka, resiko akan berkurang, dimana dalam era ini persaingan akan lebih kuat karena persaingan akan terbuka dan masif. ” pungkasnya.(hdi/cn03)