cakrawalanews.co,- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya mengenalkan maskot dengan nama Si Mbois, serta Mars dan Jingle untuk Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Surabaya 2024.
Subairi Komisioner KPU Kota Surabaya Bidang Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, mengatakan bahwa maskot, jinggel dan mars untuk pemilihan wali kota Surabaya 2024 ini merupakan pemenang lomba yang digelar oleh KPU Surabaya beberapa waktu lalu.
“Si Mbois adalah akronim dari “Siap Memilih dan Berdemokrasi untuk Surabaya”, dan nama adalah doa semoga pelaksanaan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya 2024 berjalan demokratis, lancar dan sukses,” jelasnya.
Si Mbois adalah karakter buaya yang merupakan ikon hewan yang sangat lekat dengan Kota Surabaya. si Mbois memiliki karakter yang penuh semangat, cerdas, ramah, dan bijaksana.
Si Mbois tampil dengan dandanan milenial namun tetap menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal. Dengan atasan lengan panjang casual yang berwarna orange (warna KPU) nampak tampil muda dan energik, dilengkapi kacamata mencerminkan karakter yang cerdas.
“Dengan kombinasi udeng (blangkon) khas Surabaya serta balutan jarik dengan corak batik semanggi membuat tampilan makin estetik dan mbois (keren),” jelasnya.
Secara keseluruhan, lanjut Subairi, si Mbois menjadi maskot yang mencerminkan karakter warga Surabaya sebagai warga kota metropolitan yang cerdas, peduli, dan bijak dalam menentukan calon pemimpinnya di Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya 2024.
Sementara itu, Soeprayitno, komisioner KPU Divisi Teknis Penyelenggaraan mengatakan bahwa, di Pemilihan wali kota dan Wakil Wali Kota Surabaya 2024, pihaknya mengharapkan capaian angka partisipasi pemilih bisa meningkat dari Pilwali Sebelumnya tahun 2020 yang hanya diangka 53 persen.
“Kami berharap capaian partisipasi di Pemilihan kepala daerah di tahun 2024 ini bisa mencapai diangka 75 persen,” dalam sambutannya.
Oleh karena itu, sambung pria yang akrab disapa Nano ini menegaskan bahwa, ada peran penting dari media massa untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.
“Karena media tidak hanya sebagai penyampai pesan, namun sekaligus sebagai penjaga demokrasi,” pungkas Nano.(hadi)