cakrawalanews.co – Ratusan Generasi Z atau Gen Z melakukan dialog dengan calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 Muhaimin iskandar atau Gus Imin. Mereka berkesempatan bertanya program program AMIN, yang dikemas dalam acara “Slepet Imin”, di Xperia Collaborative Space Surabaya, Rabu malam (10/1/2024).
Namun sebagian besar peserta yang merupakan anak muda ini, mempertanyakan program kerja AMIN, dalam mengatasi angka pengangguran, serta kemudahan mendapatkan akses pekerjaan. Rifai, asal Surabaya. Mengeluhkan perihal kontrak kerja yang tidak menguntungkan sama sekali bagi para pekerja.
“Pekerja itu tiga bulan dikontrak, kalau gak cocok langsung diberhentikan tanpa pesangaon. Dan sekarang pabrik itu banyak yang dibawah UMR,” keluhnya.
Setali tiga uang, Mamad asal Mojokerto sengaja mengikuti acara “Slepet Imin” untuk mempertanyakan program AMIN dalam ketersediaan lapangan pekerjaan.
“Kita kan tahu Gus, istilahnya lulusan lulusan kita ini banyak yang sekolah sekolah, sarjana sarjana, masalahnya banyak yang nganggur. Yang lapangan kerjanya itu susah, satu. Yang kedua kadang kadang orang yang sekolahnya jurusan apa, dapat kerjaan tapi gak cocok dengan apa yang dipelajari. Nah kira kira menurut njenengan ya apa caranya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah atau di kampus,” tanya Mamad.
Muhaimin mengakui, bahwa ada dua permasalahan yang dikeluhkan oleh para calon pekerja saat ini, yakni penetapan Upah Minimum Provinsi dan Kota Kabupaten atau UMP dan UMK, serta kontrak kerja serta hak hak pekerja.
“Oleh karena itu, yang paling penting dalam pembuatan Undang Undang dan penyempurnaannya adalah proses dialog yang terbuka yang melibatkan dan memberi ruang partisipasi kepada seluruh stakeholdernya. Dalam hal ini omnibuslaw kita revisi untuk kepentingan bersama,” tegasnya.
Namun diungkapkannya, tidak semua item dalam Undang Undang Omnibuslaw tersebut akan dilakukan revisi. Akan melihat sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian, ada salah satu peserta asal Gorontalo, Fahri yang hadir dalam acara ini menanyakan terkait rekam jejak Cak Imin. Khususnya terkait konflik dengan keluarga KH Abdurahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur. “Mungkin bisa dijelaskan biar nanti orang-orang yang ragu memilih Gus Imin tidak ragu lagi,” katanya.
Cak Imin lantas menjawab bahwa, pertanyaan tersebut selalu muncul setiap lima tahunan. Pertanyaan tersebut menunjukkan seolah-olah dirinya berhadap-hadapan dengan Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur setiap mendidik ‘anak-anaknya’, punya pola masing-masing. “Pak Matori Ketua Umum PKB dipecat, kemudian bergabung dengan Bu Mega, jadi Menteri Pertahanan,” ujarnya.
Cak Imin juga mencontohkan Alwi Shihab dipecat Gus Dur dari PKB dan kemudian menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan (Menko Kesra) pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Gus Dur saat menjadi presiden juga memecat Jusuf Kalla yang saat itu menjabat Menteri Perdagangan dan Perindustrian (Menperindag).
Tak disangka, politisi senior Partai Golkar tersebut justru menjadi wakil presiden dua kali. Pertama mendampingi SBY pada pemerintahan 2004 – 2009. Kemudian mendampingi Presiden Joko Widodo untuk periode 2014 – 2019. “Saya dipecat (Gus Dur) untuk menguji apa kuat atau tidak. ternyata lebih kuat saya,” katanya.
“Dan selesai tidak ada maslaah. Itu pendidikan politik. Gus Dur itu maha guru yang mendidik anak-anaknya. Kalau sudah dislepet Gus Dur, barokahnya jadi orang. Tinggal saya lagi belajar nyelepet. Siapa yang saya slepet, jadi orang, nah itu,”pungkasnya (caa)