Malam itu tepat 7 hari meninggalnya Resi Rupa kencakawungu seorang begawan linuwih dari tanah sabrang banyu sindu larang yg mempunyai Pemimpin Seorang Ratu adil dan bijaksana bergelar Ratu Sri Maheswari bojong Sindu larang.
Ditengah malam yg gelap gulita Bagong bertandang sendirian ke negeri antah brantah itu menemui seorang ksatria yg sedang bersiap membangun Kahyangan Sendiri yg bernama Kahyangan larasing jagad dengan menggunakan Pusaka Peninggalan Leluhurnya Gamelan Megananta.
Sambil menikmati Suguhan mie rebus dan kacang godog Bagong menanyakan niatan tersebut kepada tuan rumah Raden mas Arya dwi Larang yg sedang sibuk menata Gamelan Megananta sebagai persiapan membangun kahyangan.
Dengan sedikit tersenyum sang Ksatria menjelaskan Rencananya tersebut yg sudah dipersiapkanya selama 2 tahun lebih setelah meninggalnya sang Ayah mantan penguasa Kerajaan Banyu Sindu Larang yg termasyhur dan terdengar sampai pedukuhan Karang Kadempel tempat tinggal Bagong dan Keluarganya.
Tujuan mendirikan kahyangan Larasing Jagad ini bukan hanya meneruskan Cita cita sang ayah yg belum selesai namun lebih kepada memberikan manfaat dan maslakhat sesuai dengan kemampuan kepada masyarakat luas khususnya Rakyat kerajaan Banyu Sindu Larang.
Bukan pula pengin menunjukan kesaktian dan kemampuan serta kelinuwihanya dijagad persilatan dan perwayangan dengan membuat proyek yg besar dan seambisius mendirikan Kahyangan Sendiri.
Nantinya Kahyangan ini tidak hanya akan menjadi tempat tinggal dan berkarya saja tapi lebih jauh dari itu akan menjadi pusat study dan pembelajaran yg tdk hanya mengajarkan Ilmu keduniawian tapi juga mengajarkan cinta kasih dan kerohanian sebagai penyeimbang hidup dan kehidupan.
Cita cita yg mulia memang dan patut diapresiasi meski tantangan dan rintangan yg akan dihadapi pasti akan jauh lebih besar dan sulit dari Pendahulunya yg juga perlu perjuangan ekstra keras mewujudkan semuanya.
Sebelum melanjutkan pekerjaanya beliau berpesan bahwa Janganlah meninggalkan Budaya sebagai wujud Kasih dan sayang terhadap sesama sebab kita sendiri yg akan rugi jika meninggalkan budaya sehingga tidak memahami cinta kasih yg sejati.
Setelah menghabiskan Mie rebus dan Sebakul kacang godog serta menghisap Rokok Djarum Super kesukaanya yg tinggal sebatang tanpa sadar Bagong tertidur pulas dibawah Gong yg tergantung dipojok ruangan berbantalkan rancak gamelan megananta.
Dalam tidurnya Bagong bermimpi bertemu dengan gurunya Prabu Banyu Sindu larang yg telah berjasa mengantarkan dirinya menjadi Manusia yg berguna dan bermanfaat utk orang lain karena telah mengajarkan cinta dan kasih sayang kepadanya tersenyum.
*) Penulis Ki Sengkek Suharno adalah
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua PC GP Ansor Kab. Tegal
Pojok Sanggar Putra Satria Laras
Lingsir wengi 25 nopember 2020