Di Sebuah Diskotek Mewah milik Sengkuni Kartomarmo dan Durmagati sedang Asik menikmati minuman berbagai jenis dan merk sambil menikmati Musik berbincang membicarakan Burisrawa yg termenung dan gelisah didepan mereka yg hanya sesekali memenggak minumanya.
Mereka tau bahwa Burisrawa sedang memikirkan Drupadi yg kecantikanya melebihi para bidadari dan Putri dari kahyangan yg membuatnya tak bisa tidur dan selalu memikirkan cara mendapatkan atau mungkin merebutnya dari Tangan Pandawa sehingga mereka tdk mau mengganggunya.
Tiba2 Burisrawa tersenyum dan tertawa terbahak sambil menghabiskan minumanya dia berteriak mengajak Adik adiknya kstria Kurawa pergi seperti telah menemukan Cara utk merebut Drupadi Permaisuri Amarta yg sudah lama diimpikanya.
Itulah cuplikan sebuah Adegan yg biasanya terjadi disalah satu Pagelaran Wayang Kebangsaan Karya Ki Sengkek Suharno yaitu saya sendiri yg mencoba menyuguhkan pertunjukan Wayang yg sangat berbeda dari Pertunjukan Wayang Pada Umumnya.
Dengan Wayang Golek yg bentuk dan gayanya tak lazim seperti tokoh Wayang pada umumnya serta Iringan musik yg berbeda pula meski nuansa Gamelan tetap tersaji aransemenya sdh disesuaikan dg musik Diatonis modern Saya mencoba mengenalkan Wayang Kebangsaan sebagai Wacana dan warna yg sama sekali berbeda dg Pagelaran Wayang Pada umumnya.
Dunia Pewayangan Saat ini memang mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan baik secara Cerita ,Anggit dan sangggit, tata cara pertunjukan Penyajian maupun Musik Pengiringnya yg selalu mengedepankan Musik Tradisional yg khas dan kental aroma mistik.
Dulu Pagelaran Wayang baik Kulit maupun Golek Mungkin Hanya berkutat pada Cerita Mahabharata dan Ramayana Serta Tambahan Modifikasi Dari Jawa Oleh Sunan Bonang Dan Kalijaga dalam wayang kulit dan Cerita Rakyat dan daerah dalam Wayang Golek.
Tata Cara Pertunjukan dan Penyajian serta Sanggit Anggitnya pun biasanya memggunakan gaya Jogjakarta dan Surakarta utk Wayang kulit serta Gaya Sunda dan Jawa utk Wayang Golek ditambah gaya cirebon dan Pantura Jawa.
Gamelan Pelog dan Slendro yg terdiri dari Kendhang Demung Saron rebab gender ketuk kempyang dan Gong serta banyak lagi jenisndan bentuknya menjadi Musik Pengiring Pertunjukan Wayangnya dengan mengambil aransemen karya pujangga pujangga Jawa dan Sunda yg melegenda menambah mewah dan kaya Tradisi sebuah pagelaran.
Namun yg saya lakukan malam ini sangatlah miskin dari itu semua, dengan bedol kayon tapi tdk menutupnya dg tancap kayon, dengan mengambil tokoh utama yg berbeda seperti Sugeng Dan Darmo yg tdk terkenal dan hnya masyarakat biasa, dan Jalan cerita yg mengambil cerita Dan kejadian sosial terkini secara masiv seperti Pelanggaran Prokes dalam Pandemi serta mengkritik Pejabat Pusat Dan daerah yg tdk punya Sense Of Crisis ditengah bencana memanglah membuat banyak orang tergelitik dan terusik serta bertanya tanya apa sebenarya yg ingin sy lakukan.
Jawabanya sederhana :
Pertama karena kemampuan dan kepandaian yg saya miliki dalam dunia Pagelaran wayang yg terbatas baik secara cerita anggit sanggit dan pakemnya maupun musik iringanya sehingga diwayang kebangsaan tdk menggunakan itu semua dalam pagelaranya.
Kedua karena Saya ingin bereksplorasi dalam pagelaran wayang yg saya lakukan dengan menampilkan warna baru baik dalam cerita dan penyajian maupun musik iringanya sesuai dengan pemikiran dan idealisme saya sebagai orang biasa yg tdk pernah merasakan ilmu pedalangan dan ilmu karawitan dari dunia Pendidikan.
Ketiga karena sy ingin merubah paradigma dan stigma bahwa dalang itu orang yg punya banyak sekali ilmu dan pengetahuan yg mampu menyelesaikan segala persoalan yg ada dalam pagelaran maupun dalam kehidupan nyata dengan membiarkan Kayon kadang tertancap diawal atumau di akhir cerita atau kadang tdk sama sekali yg artinya persoalan yg sy angkat dalam pagelaran baik cerita wayang maupun persoalan riil yg terjadi dimasyarakat tdk terselesaikan dan saya biarkan menggantung dengan harapan penontonpun ikut berpikir liar tentang penyelesaianya.
Jadi Memang yg saya lakukan tdk hanya menabrak pakem tapi memang sengaja menyerudug pakem dengan segala konsekuensi yg akan terjadi baik positif maupun negatif baik yg menerima maupun menghujat baik yg memuji maupun yg memaki.
Saya Siap Menghadapinya….
Karena bagi saya persoalan Bangsa yg sedang telah terjadi sedang terjadi dan akan terjadi itu adalah menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa dalam menyelesaikanya.
*) Penulis Ki Sengkek Suharno adalah
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua Bidang Seni dan Budaya
PC GP Ansor Kab. Tegal