Surabaya, cakrawalapost.com – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam acara “UKM Surabaya Go Digital and International ” yang diselenggarakan oleh Dewan Bisnis AS – ASEAN, Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia serta konsulat jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Rabu (07/03) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di Kota Surabaya 98 persen ditopang dari sektor pedagang ekonomi kecil mikro (UMKM), sisanya 2 persen dari perusahaan besar.
Hal ini mampu terwujud karena Wali Kota Risma mengajarkan ilmu kepada pelaku UKM untuk bersaing melalui Go Global Go Digital.
Artinya, kata Dia, Go Digital dipilih untuk memasarkan produk lewat teknologi, sedangkan Go Global bekerjasama dengan desainer untuk membuat packaging dan branding.
“Kini, produk mereka sudah setara dengan produk yang ada di luar negeri,” ungkapnya.
Selain itu, ada pembelajaran go financial yang mengajarkan pelaku UKM mencari bentuk-bentuk modal.
Sehingga, lanjutnya, mereka mampu meningkatkan kapasitasnya untuk lebih luas mencari jaringan melalui teknologi.
“Sekarang batik surabaya, fashion, handycraft dan lain-lain sudah kita ekspor ke luar negeri seperti Afrika dan Eropa,” ujar wali kota sarat akan prestasi ini.
Mantan Kepala Dinas Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) itu berharap dengan adanya acara semacam ini, pelaku UKM lebih berdaya baik bagi dirinya sendiri maupun bagi Kota Surabaya.
“Saya yakin, pelaku UKM di surabaya mampu menyerap ilmu di sini kemudian disumbangkan kepada warga yang lain agar lebih sejahtera,” tutupnya diiringi tepuk tangan.
Sementara itu ditempat yang sama, Perwakilan Perusahaan AS – ASEAN Business Council Indonesia, Desi Indrimayutri menambahkan, perangkat digital memungkinkan usaha kecil menjadi lebih efisien, lebih menguntungkan, dan lebih saling terkait untuk mendukung UKM di Indonesia dan seluruh negara ASEAN.
“Lokakarya hari ini memperluas komitmen dewan yang telah lama berjalan untuk memberdayakan UKM ASEAN di bawah aliansi Bisnis AS-ASEAN untuk UKM yang kompetitif,” tegas Desi.
Tidak hanya itu, digitalisasi memungkinkan pelaku UKM di Indonesia dan seluruh ASEAN untuk berpartisipasi dalam perdagangan lintas batas yang memungkinkan mereka tumbuh dan menimbang kebutuhan bisnis tanpa harus mengurangi biaya.
“Memang belum semua, tetapi jika pemerintah dan perusahaan mendukung maka pembangunan ekonomi digital inklusif akan segera terwujud,” ucapnya.
Sementara, Nanik Heri selaku koordinator Pahlawan Ekonomi sektor handycraft mengaku senang dengan adanya acara ini. Pasalnya, selain mendapatkan ilmu menjual produk menggunakan digital, perempuan yang sudah 21 tahun menggeluti dunia usaha kecil menengah ini berharap agar produk yang dijual semakin dikenal banyak orang, tidak hanya di sekitar Jawa Timur.
“Mumpung peserta yang datang berasal dari ASEAN dan Eropa, saya berharap mereka (orang-orang asing) berminat dengan produk saya sekaligus memperluas pasar saya,” pungkas Nanik. (nafan hadi/cp02)