Surabaya, cakrawalanews.co – Kasus wabah Hepatitis A yang melanda Pacitan menjadi perhatian khusus anggota DPRD Jatim. Hal tersebut seharusnya tidak perlu terjadi bila ketersediaan air bersih dan pola hidup sehat dilakukan masyarakat.
Anggota DPRD Jatim dari Daerah Pemilihan (Dapil) Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Ngawi, dan Pacitan, Sri Subiati menyatakan perlu tindakan konkret agar wabah tersebut tidak terjadi. Selain penanganan pengobatan yang dilakukan, juga perlu upaya pencegahan.
“Perlu dilakukan sosialiasi tentang perlunya hidup sehat. Selain itu sebaiknya juga ada pembangunan sanitasi, semisal jamban yang seusai standar kesehatan di wilayah-wilayah pelosok di Pacitan,” kata Sri Subiati saat ditemui usai paripurna di DPRD Jatim, Selasa (2/7).
Ia meminta pemerintah daerah harus cepat menangani endemik masalah tersebut. “Pemerintah daerah harus bertindak cepat menangani endemik tersebut, tentu saja akan dibantu pemerintah provinsi. Solusinya memang harus mengubah cara hidup masyarakat,” tegas politisi Partai Demokrat ini.
Ditegaskan, bahwa ketersediaan air bersih memang sangat vital dibutuhkan, apalagi di musim kemarau seperti saat ini. Hepatitis memang cepat sekali menular, bisa melalui air. Sehingga jika satu lingkungan ada yang terkena maka akan cepat menular kepada yang lain.
Dari pengalamannya selama ini di wilayah tersebut, pola hidup masyarakat di pelosok Pacitan memang masih kurang. Meski sudah diberi anjuran pemerintah daerah terkait hidup bersih, belum juga dilaksanakan. Sebab itu, perlu langkah konkret dengan pembangunan maupun perbaikan sanitasi.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa ditemui usai paripurna mengakui pihaknya sudah melakukan berbagai langkah penanganan. “Saya sudah komunikasi dengan Dinas Kesehatan tentang kecukupan air bersihnya. Sebab, dari awal, problem Hepatitis A ini karena PHBS (perilaku Hidup Bersih dan Sehat), terutama kaitan dengan air besih,” katanya.
Selain itu, penanganan medis juga diotimalkan, terutama di seluruh Puskesmas. Meliputi, pengecekan dan pengobatan kepada masyarakat, hingga pemberian obat secara gratis. “Alhamdulilah, sekarang sudah menyusut. Tadinya, virus ini meluas di delapan kecamatan,” kata Khofifah yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini.
Agar virus tidak menyebar ke daerah lain, distribusi air bersih juga akan diperluas, terutama untuk wilayah rawan kekeringan. Pasalnya pada tahun ini musim kemarau diprediksi berlangsung lama, hingga 60 hari. “Kami juga mengundang kepada seluruh pelaku bisnis di kabupaten/kota untuk ikut membantu, menyiapkan air bersih untuk wilayah sekitar,” katanya.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Kohar Hasi Santoso mengatakan, meski masih banyak penderita, namun peningkatannya mulai melandai. Pada 27 Juni lalu misalnya, jumlah penderita 824 orang, kemudian 29 Juni naik menjadi 924 orang. Ada kenaikan hingga 100 orang. Namun, pada 1 Juli lalu berjumlah 975 orang. “Artinya peningkatannya mulai melandai. Mudah-mudahan betul di lapangan jumlah orang yang sakit hepatitis A di Pacitan tidak semakin bertambah,” katanya.
Kohar mengaku, saat ini pihaknya terus menakan angka penularan hepatitis A. Yakni dengan menginstruksikan melakukan penelitian epidemologi. Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. “Bagaimana cara mereka buang air besar, cuci tangan, air minumnya. Kemudian bagaimana makanan tidak terkontaminasi dan masyarakat tidak membuang sampah sembarangan,” katanya.
Dinkes Jawa Timur menargetkan, upaya ini akan membuahkan hasil dengan menekan angka penularan hepatitis A dalam waktu dua minggu bisa turun. Kohar pun berusaha maksimal untuk menyembuhkan pasien yang telah tertular.
Seperti diketahui, wabah Hepatitis A di Pacitan mulai merebak sejak Ramadan lalu. Dugaannya, penularan ini terjadi melalui buah-buahan yang diduga terkontaminasi penderita. “Bulan puasa kita biasa memakan segar-segar macamnya blewah dan sebagainya. Rupanya, ada yang terkontaminasi. Setelah itu menyebar,” katanya. (wan/jnr/Pca/p)