Oleh : Ki Sengkek Suharmo
Angin bertiup sepoi sementara langit cerah diterangi oleh Sinar rembulan yang bertabur bintang menambah keindahan malam itu manakala para Punakawan yg dipimpin Semar bersama warga sedang melakukan Slametan Sedekah Bumi dihalaman Pendopo Karang Kadempel.
Bagong yg bertindak sebagai Panitia meski hanya memakai batik Sederhana dan ikat kepala usang pemberian Prabu Kresna terlihat berwibawa memberikan sekapur sirih prakata atas diberikanya limpahan rakhmat dan keberkahan yg telah diterima Bumi Karang Kadempel dan masyarakatnya dari Sang widi wase Tuhan kang Murbeng Dumadi.
Karang Kadempel yg meski hanya sebuah wilayah kecil tapi mempunyai kekayaan berupa alam yg membentang dari Pucuk gunung sampai tepi Lautan, kesuburan tanah dan sumber air yg melimpah sertai Pantai yg indah juga keanerakagam etnis dan budaya serta agama yg menjadi kekayaan tak ternilai yg patut disyukuri sebagai anugerah Sang Pencipta lewat acara Sedekah Bumi.
Keberagaman etnis budaya dan religitas dari penduduknya tdk menghalangi semangat persatuan dan kesatuan yg telah mengakar dari dulu karena didasari kesadaran yg timbul dari hati sanubari sebagai manusia yg mempunyai cipta rasa dan karsa serta berbudaya dalam bingkai Bhineka tunggal Ika.
Semangat keberagaman dan toleransi yg selama ini sudah menjadi kebiasaan dan budaya harus selalu dipupuk dan dilestarikan agar menjadi tameng dari segala macam rongrongan dan serangan baik dari dalam maupun dari luar oleh kelompok yg ingin memecah belah persatuan dan kesatuan yg nantinya membawa kehancuran dan kesengsaraan yg berkepanjangan.
Jangan sampai negeri yg sudah gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja yg merupakan berkah dan karunia tak ternilai ini menjadi koyak dan tercerai berai karena sahwat politik dan nafsu berkuasa serta ketamakan dari kelompok tertentu yg tidak ingin karang kadempel tetap aman damai dan sejahtera.
Diakhir Sambutanya Bagong Mengingatkan utk selalu melakukan pendekatan diri kepada Penciptanya sebagi wujud Habluminalloh dan menjaga Silaturahim dengan sesama warga sebagai bentuk Habluminannas serta menjaga lingkungan dan alam sekitar segai manifestasi Hablu alal alamin yg akan menjadi Kunci keseimbangan Tata Kosmos kehidupan.
Semar yg sedari tadi mendengarkan menjadi berkaca kaca matanya sambil menatap Prabu Puntadewa bersama rombongan Pandawa karena tak menyangka Bagong yg biasanya slengean dan berbuat semaunya sendiri malam itu berubah 180 derajat sementara prabu Baladewa dan Prabu Kresna yg turut hadir saling pandang dan tersenyum geli melihat tingkah Bagong.
Dibelakang Pendopo Petruk dan Gareng bersama Wisanggeni dan gatotkaca yg sedang ngopi tertawa ngakak karena tahu Bahwa dibalik podium tempat pidato bagong sudah menaruh contekan Pidato yg ditulis Antasena yg sebelumnya sudah diselipkanya sebelum acara berlangsung.
Diakhir acara Semar menyalakan dupa sembari membaca Kidung dan suluk dan kemudian memimpin Doa mendoakan arwah leluhur dan para pendiri Bangsa dilanjutkan membaca Doa tolak bala ijazah Dari sang hyang Antaboga:
Allohumma Sidanongklang sidanongkling…
Suminggah suminggih sumingkar sumingkir…
Ayam tulak ayam tukung tinulak sekabehaning Blai mrekungkung sekabehaning pancabaya…
Lamon ana pancabaya sing lor balika ngalor…lamon ana pancabaya sg wetan balika ngetan…lamon ana pancabaya sing kidul balika ngidul…lamon ana pancabaya sing kulon balika ngulon….
Sekar kentar sekar kentir…
Sekar Kentar Blaine kegawang angin…
Sekar Kentir Blaine kegawang Banyu….
Bengang benging bengang bengung bang bang kumimbang paribasane kembang…
Yahu ya Alloh yahu Ya Alloh yahu yaa dzaljalali wal ikrom…
Laa khaula wala quwwata illa billahil aliyil adziim…
Semoga seluruh marabahaya dan Bencana segera sirna dari Bumi Nusantara
Amiiin…..
*) Penulis Ki Sengkek Suharno adalah
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua PC GP Ansor Kab. Tegal
■Pojok kali Cacaban 13 Des 2020