Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyebut rendahnya harga komoditas khususnya batubara telah menekan produktivitas industri pertambangan di Indonesia selama semester I 2015.
Jika pada kuartal I, angka minusnya baru mencapai 1,23 persen maka pada kuartal II BPS mencatat terjadi minus 5,87 persen di industri tersebut.
“Selain karena ada larangan ekspor ore (mineral mentah) dan juga kewajiban pembangunan smelter, ini akibat dampak harga yang rendah,” ujar Suryamin di kantornya, Jakarta, Rabu (5/8).
Kendati PT Freeport Indonesia telah memperoleh izin untuk kembali melakukan ekspor, Suryamin memprediksi pada kuartal III sektor pertambangan dan penggalian dinilai belum bisa banyak bergerak dari level stagnan.
Pasalnya pembangunan smelter dalam negeri masih minim realisasi. Padahal, lanjut Suryamin, dari proyek pembangunan smelter itu diharap akan ada penyerapan tenaga kerja yang banyak.
“Tapi itu kan butuh waktu. Harus ada time lag nya dulu kan dan izin segala macam. Jadi belum terasa di sektor konstruksi,” ujarnya.
Sementara dari sisi ekspor, nilai ekspor pertambangan diprediksi tetap mengalami kontraksi karena melemahnya kinerja ekonomi di negara-negara tujuan ekspor Indonesia serta melemahnya harga-harga komoditas utama ekspor Indonesia di pasar internasional.
Sumber : CNN