Surabaya, cakrawalanews.co – Pengerjaan proyek saluran dikawasan jalan Karah yang sudah berjalan hampir tiga bulan ini mulai dikeluhkan oleh para UMKM yang berjualan disepanjang jalan tersebut.
Rata-rata mereka mengeluhkan merosotnya omset lantaran adanya aktifitas pengerjaan dan dampak proyek diantaranya banyaknya debu yang berterbangan.
Kondisi tersebut ditemui Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti saat meninjau progres pembangunan saluran dijalan Karah Agung pada Senin (21/11) pagi.
Dalam kunjungannya, Pimpinan DPRD itu meninjau langsung lokasi dan menghampiri beberapa pedagang di sekitar wilayah pembangunan saluran drainase.
“Jadi, saya dapat info dari warga kalau terkait pembangunan di Jalan Karah ini cukup berdampak, ya terhadap pemasukan para pelaku usaha,” ucapnya.
Wakil rakyat itu menuturkan secara umum masyarakat khususnya para pelaku ekonomi itu mendukung pembangunan saluran untuk mengatasi banjir.
“Warga mendukung pembangunan, namun kita tidak bisa menyalahkan kalau warga kemudian merasa terganggu, terdampak baik secara finansial dirugikan,” ungkap Reni.
Namun, lanjut Reni, pedagang-pedagang ini menyayangkan proses penyelesaian yang memakan waktu lama dan menimbulkan dampak terlebih komplain konsumen mereka.
Bahkan tidak sedikit yang tutup lapak karena sulit parkir bagi konsumen yang ingin membeli sebab keadaan pengerjaan yang tidak kunjung rampung.
Politisi PKS ini lantas mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar proses pembangunan senilai 9,7 Milyar dengan lama pekerjaan 150 hari ini dapat segera rampung
“Sebagaimana yang sudah saya sampaikan juga sebelumnya, setiap pengerjaan infrastruktur itu harus tepat waktu dengan kualitas yang baik. Selama pengerjaan pasti ada dampak untuk warga sekitar. Masyarakat tidak menolak pembangunan tetapi sangat berharap pembangunan bisa segera selesai,” terangnya.
Menurut Reni, warga sangat mendukung pembangunan dan berharap tepat waktu dan tidak molor dan hasil pengerjaan memiliki kualitas baik.
Lebih lanjut, turunnya omset pedagang ini juga menjadi problem yang dikeluhkan banyak penjual bahkan pendapatan mereka bisa berkurang kisaran 30-50 persen.
“Pengaruh banget ke omzet, tiga bulan ini pendapatan menurun,” ujar Mina penjual bubur bayi organik.
Sebelumnya, Mina mengaku mampu meraup omset Rp. 800 ribu hingga Rp.1,4 juta perhari namun, sekarang ia mengaku hanya mampu meraup omset sekitar Rp. 500 ribu.
Senada dengan Mina, Heru penjual jajanan Pukis mengaku pendapatannya turun hingga 50 persen lebih. “Biasanya ramai, sekarang pembeli berkurang,” singkatnya.