
Surabaya, cakrawalanews.co – Soeratmini yang sudah berusia 60 tahun ini masih terus berjuang mencari nafkah untuk menghidupi cucunya. Padahal, dia seharusnya menikmati masa senjanya setelah pensiun sebagai PNS/ASN di RS Jiwa Menur Surabaya.
Namun, Soeratmi yang menjadi tulangpunggung untuk cucunya ini memaksa ia untuk tidak benar-benar “pensiun” dari pekerjaannya sebagai pengantar makanan di rumah sakit menur Surabaya meski ia sudah purna tugas.
Janda tua itu kini harus berjuang sangat keras menghidupi ketiga cucunya pada masa pensiunnya. Mereka adalah Dhani (16 tahun), Dafa (13 tahun), dan Dharma (10 tahun).
Ketiganya tidak bersekolah. Hanya protolan SD. Dhani sempat sekolah sampai kelas 4 SD. Sedangkan kedua adiknya drop out dari bangku kelas 3 dan kelas 2 SD.
“Melihat Dhani, kakaknya, tidak tamat SD, akhirnya ditiru oleh adik-adiknya,” tutur Soeratmini mengawali cerita pada rombongaan Imam Syafi’i dan Lurah Airlangga ketika berkunjung di rumahnya dikampung Dharmawangsa, Senin (28/03/2022).
Menurut Soeratmini, ketiga cucu laki-lakinya itu sehari-hari menghabiskan waktu di rumah. Tidak belajar, serta tidak bekerja. Kakak beradik itu lebih banyak nonton TV. Juga main handphone milik Dhani secara bergantian.
Soeratmi bercerita bahwa ketiga cucunya adalah korban perceraian orang tuanya. Ketiga cucunya ini merupakan anak dari Leni, yang merupakan anak kedua Soeratmini.
“ Sejak bercerai Leni kos di daerah Surabaya Barat. Lalu kawin siri dengan pria lain. Sekarang punya dua anak. Sementara Hariyanto, mantan suami Leni tinggal di Bali. Kabarnya juga sudah beristri lagi,” papar Soeratmi.
Soeratmi menambahkan, baik Leni maupun Hariyanto tidak pernah memberi uang untuk ketiga putranya yang saat ini tinggal bersama Nenek Soeratmini.
Ditambah lagi mereka tidak bisa seterusnya menggantungkan hidup kepadanya yang semakin menua. Selain itu, Kehidupan ekonomi juga makin hari makin sulit.
“Uang pensiun saya Rp 3 juta harus dibayarkan Rp 2,5 juta setiap bulan ke Bank Mandiri,” terang Soeratmini. Dia harus membayar angsuran kredit ke bank sebesar Rp 150 juta.
“Saya pinjam bank untuk menutupi utang-utang saat suami sakit-sakitan dan akhirnya meninggal tahun 2012,” sambung wanita tua yang mulai terganggu pendengarannya ini. Almarhum suaminya bekerja sebagai sopir pribadi.
Sementara itu, Anggota DPRD Kota Surabaya, Imam Syafi’i yang menemui Soeratmi mengatakan nenek Soeratmini dan ketiga cucunya sering dibantu tetangga untuk bertahan hidup. Salah satunya Suryani, bendahara RT.
“ Saya mendengar nasib malang Nenek Soeratmini saat bertemu Ketua RW Pak Yono dan Ketua RT-nya Mas Dayat. Lalu saya menelepon sekaligus mengajak Mas Sugeng, Lurah Airlangga Kec Gubeng, dalam perjalanan dari Gedung DPRD Surabaya ke rumah Nenek Soeratmini. Pak Lurah langsung membatalkan acara lain yang sudah diagendakan, begitu mendengar kisah pilu kehidupan keluarga Nenek Soeratmini.” Kata Imam.
Imam juga mengatakan saat dirinya bertemu langsung dengan Soeratmini bersama kedua cucu di tempat tinggal mereka.
Rumah sederhana tersebut milik kakak Soeratmini yang dipinjamkan kepadanya. Sementara cucu ragilnya tidak tinggal bersama mereka lagi di rumah itu.
“ Dua minggu lalu, Dharma (10 tahun) dijemput ibunya untuk tinggal bersamanya. Bukan untuk disekolahkan. Tapi untuk menjaga dua anak ibunya yang masih balita, ketika ditinggal bekerja sebagai pelayan di salah satu rumah makan.” Terangnya.
Selain itu ditempat yang sama Sugen Lurah Airlangga mengaku, pihak kelurahan berjanji akan mengurus nenek Soeratmi dan cucunya.
Selain itu, pihak kelurahan juga berjanji menguruskan Soeratmi dan ketiga cucunya agar masuk keluarga MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Sehingga nantinya bisa mendapat bantuan dari pemerintah. Termasuk jatah permakanan.
“Kami juga usahakan agar mereka bisa mengikuti Program Kejar Paket, supaya punya ijazah,” kata Sugeng Lurah yang rajin blusukan ke kampung di wilayahnya.
“Dengan bantuan Mas Imam sebagai anggota dewan, Insya Allah semuanya akan dimudahkanNya,” imbuhnya.
Sugeng langsung meminjam Kartu Keluarga Nenek Soeratmini. Pak lurah minta Ketua RW yang juga hadir untuk langsung mendaftarkan MBR melalui aplikasi via telepon genggamnya.
“Proses pendaftaran via aplikasi sudah selesai dilakukan Pak RW. Semoga lolos verifikasi faktual dari Dinas Sosial,” harap Sugeng yang langsung diamini Nenek Soeratmini dan cucunya. (Hadi)