Surabaya, cakrawalanews.co – Sebagai salah satu wujud memberdayakan masyarakat bidang edukasi, PT PLN (persero) Distribusi Jatim akan membangun sekolah sungai di kawasan bank sampah mangrove Surabaya.
“Melalui program Bersinar PLN siap memberdayakan masyarakat melalui berbagai program edukasi, salah satunya adalah dengan mendirikan sekolah sungai di Kawasan Bank Sampah Mangrove,” ungkap Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Jatim, Pinto Raharjo, di Surabaya Selasa (3/10).
Dikatakan Pinto, melalui program Bersinar, PLN akan menggandeng komunitas mahasiswa bernama Kelompok Urban untuk proses pemberdayaan masyarakat. “Kelompok Urban, sejak awal sudah menunjukan niat positifnya dalam hal pengabdian masyarakat, untuk itu mereka kami berikan subsidi anggaran sebesar Rp150 juta untuk menggarap sekolah sungai di Gunung Sari Tambak,” terang Pinto.
Targetnya program pemberdayaan ini lanjut Pinto, untuk membentuk masyarakat agar lebih mandiri dalam mengelola potensi daerahnya khususnya wilayah aliran sungai dan hutan mangrove.“Subsidi ini kami targetkan selesai hingga lima tahun ke depan, selama proses berjalan kami akan pantau secara menyeluruh bagaimana progresnya, jika memang sesuai harapan kami tak segan untuk memberi tambahan subsidi,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, sekolah ini akan direalisasikan dalam waktu dekat mengingat lokasi dan pelaksana telah dipersiapkan secara matang.“Prosesnya telah kami siapkan, dari segi Komunitas Kelompok Urban juga telah siap jauh jauh hari, artinya realisasi dari sekolah sungai akan kami laksanakan dalam Minggu ini,” imbuhnya.
Keberadaan sungai kata Pinto, juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat edukasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian, diharapkan pengelolaan sungai tidak lagi hanya dibebankan pada pemerintah, namun semua masyarakat. Sebab, jika dibebankan pemerintah maka hasilnya seperti yang terjadi saat ini, begitu pemerintah pergi maka sungai kembali kotor dan penuh sampah lagi.
“Edukasi Sekolah Sungai adalah masalah kultur. Jadi, Sekolah Sungai itu kita tujukan untuk meubah budaya sehingga masyarakat lebih menghargai sungai, mengingat kita hidup karena air,” jelasnya.
Pinto beranggapan, penyelenggaraan sekolah berbasis alam dan lingkungan ini sudah sangat mendesak mengingat saat ini Indonesia khususnya Surabaya memasuki ancaman krisis air bersih yang berdampak pada krisis pangan, krisis energi dan lain-lain. “Sekolah ini ada di saat yang tepat dimana Indonesia sekarang menghadapi ancaman krisis air bersih.” katanya. (CN1)