Surabaya, cakrawalapost.com – Pemkot Surabaya menyediakan wadah khusus bagi penyandang tuna netra dengan membuka panti pijat. Panti pijat tuna netra tersebut berada di gedung siola lantai 1.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, panti pijat tuna netra secara khusus di dedikasikan untuk warga yang memiliki kekurangan dari segi fisik.
“Saya ingin berbuat adil, agar saudara-saudara kita bisa mengakses kehidupan yang lebih baik sama halnya dengan orang pada umumnya,” kata Wali Kota Risma, saat meresmikan panti pijat tuna netra baru-baru ini.
Agar kesetaraan ini semakin terlihat antara warga biasa dengan para difabel, Wali Kota Risma berencana memberi ruang kepada mereka untuk bekerja di kantor Pemerintahan Kota Surabaya. Caranya, lanjut Wali Kota Risma, dengan memberi ketrampilan lain bagi penyandang difabel.
“Agar ada akses yang sama dengan warga pada umumnya. Mudah-mudah bisa terwujud,” ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya ini.
Risma berharap panti pijat tuna netra yang berada di dalam bangunan sarat akan sejarah dan terletak di tengah kota, semakin banyak dikunjungi warga.
“Semoga bisa menjadi destinasi bagi warga yang membutuhkan penyegaran dan jumlah pasien jauh lebih besar dari sebelumnya,” harapnya.
Ke depan, Wali Kota Risma akan terus menginovasi individu penyandang tuna netra dan menambah fasilitas bagi penyandang tuna netra lainnya. Sebab masih banyak hal yang perlu dikembangkan agar potensi mereka dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
“Tidak berhenti sampai disini, kami akan terus menambah dan mengembangkan fasilitas bagi penyandang disabilitas lainnya,” tutur mantan kepala bappeko tersebut.
Saat meninjau lokasi panti pijat tersebut, wali kota Risma langsung membaringkan diri di atas tempat tidur kemudian melakukan pijat refleksi kaki. Terlihat bagaimana dirinya menikmati pijatan sambil bercengkerama dan bersenda gurau. “Enak rek,” celutuk Risma.
Sementara Kepala Seksi Rehabilitas Penyandang Cacat dan SRBK Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Agus Rosyd menuturkan, sejak soft launching tanggal 20 April 2018, cukup banyak pengunjung yang datang. “Rata-rata per hari jumlah pengunjung mencapai 8-9 orang,” jelas Agus.
Dijelaskan Agus, jam pelayanan mulai hari Senin – Sabtu pukul 09.00 sampai 15.00. Sedangkan tarif pelayanan pijat, pemkot mematok harga sesuai dengan kantong warga Surabaya. “Untuk durasi 15 menit seharga Rp 25 ribu, 30 menit Rp 45 ribu dan 60 menit Rp 70 ribu,” terangnya.
Agus menyampaikan, saat ini ada 5 orang terapis pijat tuna netra yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan usia produktif antara 25-55 tahun. Menurutnya, kemampuan kelima terapis tidak perlu diragukan karena mereka dibekali pelatihan dan mengikuti ujian untuk menjadi terapis. “Jadi orang-orang tidak perlu khawatir dengan kemampuan mereka karena sudah bersertifikat,” urai Agus.
Untuk membantu aktivitas penyandang tuna netra baik secara individu hingga pelayanan administrasi, Agus mengaku, pemkot telah menyediakan satu orang dari (Dinsos) yang bertugas mengawasi aktivitas dan membantu tugas mereka selama bekerja. “Mungkin saat mau sholat atau mau ke toilet akan didampingi pihak Dinsos,” ujarnya.
Agus menambahkan, sebanyak 15 penyandang tuna netra dan Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) yang mana usia dan pendidikan masih memungkinkan untuk dikembangkan, maka pemkot akan memberikan pelatihan komputer braile. Tujuannya, agar mereka mampu mengembangkan profesinya serta mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan.
Saat ini, jumlah total anggota Pertuni sebanyak 150 orang, namun sementara hanya 20 orang yang dilibatkan dalam kegiatan dan program Pemkot Surabaya. “Karena mereka juga tidak menanggur melainkan juga usaha sendiri,” tukasnya.
Usaha sendiri juga dilakukan salah seorang terapis, Wiwik Hariyati (57). Perempuan yang tinggal di kawasan Surabaya Utara ini mengaku, sebelum diberi wadah dan menjadi terapis di gedung Siola, dirinya bersama suami membuka usaha pijat di rumah. “Alhamdulilah sekarang rezekinya bertambah sampai bisa menyekolahkan anak semata wayang ke jenjang perguruan tinggi,” ungkapnya.
Wiwik, sapaan akrabnya, tak lupa mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas perhatian yang diberikan pemkot kepada dirinya maupun teman-teman tuna netra lainnya. “Senang dan alhamdulilah diberi tempat disini. Saya berharap usaha ini tetap lancar dan pengunjung semakin banyak biar pendapatan semakin baik,” ucapnya.(sby)