Omicron Varian Baru Sosialisasi Lama

oleh -213 Dilihat
oleh
Oleh : Muhamad Nafan Hadi

Pimred

Belakangan ini publik dibuat terkejut dengan keganasan omicron dalam menginveski manusia. Tak tanggung-tanggang hanya butuh sekitar hampir satu bulan di Indonesia virus ini mampu mengifeksi ribuan masyarakat.

Berdasarkan data, penambahan kasus Covid-19 dengan varian omicron, pada 10 Februari 2022 masih meningkat pesat. Masyarakat diminta mewaspadai gejala Omicron yang diperkirakan menjadi penyebab lonjakan Covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan data Satgas Covid-19 ada tambahan 40.618 kasus baru infeksi virus corona hingga Kamis, 10 Februari 2022 lalu. Dengan demikian, total menjadi 4.667.554 kasus positif Covid-19 di Indonesia per 10 Februari 2022.

Tak hanya kecepatannya dalam menginfeksi yang membuat publik gamang, kehadiran omicron ini nampaknya, tidak diikuti efek serius bagi penderitanya. Dampak infeksinya tak seperti varian sebelumnya yakni delta, berdasarkan data  virus ini nampak seperti flu biasa. Dan tingkat kesembuhannya pun sangat tinggi.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyatakan, banyak pasien Covid-19 Omicron di Indonesia tidak memiliki gejala. Lalu, sebagian pasien Covid-19 Omicron di Indonesia hanya mengalami gejala ringan, di Surabaya saja Wali Kota Eri Cahyadi menyebut tingkat kesembuhannya mencapai 93,50 persen.

Dilain pihak setelah terus melakukan upaya percepatan vaksinasi satu dan dua Pemerintah kini tengah melakukan vaksinasi ke tiga, atau Boster dengan upaya sosialisasi yang mirip dengan penanganan varian sebelumnya yakni delta.

Langkah ini seakan menjadi kurang menarik, dimata public. Publik sudah terlanjur mengenal omicron yang tak berbahaya. Pemerintah harusnya membuat pola sosialisasi yang baru, dimana kondisi yang terjadi saat ini jelas sudah berbeda.

Merubah maindset sosialsisasi dengan menyebutkan bahwa omicron tidak berbahaya namun guna memutus mata rantai penyebarannya harus menggunakan prokes yang ketat dan vaksinasi lengkap harus digaungkan dengan benar.

Panjangnya pandemi serta melihat rendahnya akibat infeksi omicron, public sebenarnya telah memiliki pengetahuan yang cukup banyak, sehingga sosialisasi yang baru harus dibuat oleh pemerintah sebagai upaya dalam menyambut new normal dan menjadikan pandemik berubah endemik.*