Surabaya. cakrawalanews.co – Pilwali Kota Surabaya masih akan dihelat pada September 2020 mendatang, namun sejumlah nama calon kandidat sudah bermunculan, salah satunya Lia Istifhama. Perempuan millenial yang karib disapa Ning Lia ini memiliki konsep Nawa Tirta sebagai program kerja membangun Kota Surabaya.
“Kalau Presiden Joko Widodo punya program Nawa Cita. Sementara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengusung Nawa Bhakti Satya. Saya memiliki konsep Nawa Tirta untuk nantinya pembangunan Kota Surabaya secara utuh,” ungkap Ning Lia saat berbincang dengan media ini, Kamis (22/8/19).
Lebih lanjut kader Fatayat NU sekaligus keponakan Khofifah Indar Parawansa ini mengungkapkan, Nawa Tirta adalah sembilan jalan air yang merupakan jalur membangun sembilan aspek kehidupan. Dari sembilan program itu akan menghasilkan keseimbangan fisik dan psikis. Termasuk keseimbangan lokalitas dan globalisasi.
Ia juga menuturkan filosofi dari Nawa Tirta adalah air sebagai sumber kehidupan. Prinsipnya orang tidak bisa hidup tanpa air (tirta).
Dalam program Nawa Tirta yang ditawarkan tersebut, lanjutnya, salah satunya terkait pentingnya kepekaan sosial, solidaritas, dan menjaga tenggang rasa sesama manusia.
Ibu dua putra ini ingin persoalan kepekaan sosial menjadi hal yang penting untuk dimiliki banyak orang.
“Eker iku elek, akur iku apik (bertengkar iku buruk, damai itu indah, red). Jadi kita semua semoga tidak mudah eker-ekeran. Baper boleh tapi mangkel tidak boleh. Kita mungkin gampang ngerasani orang kalau lagi mangkel. Tapi setelahnya harus evaluasi diri. Bahwa ternyata sikap mudah marah itu tidak baik. Kita harus lihat situasi orang lain ketika kita tak sengaja berselisih paham,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya seorang pemimpin tak boleh abai pada masalah sekecil apapun. Karena masalah besar itu sejatinya berawal dari masalah kecil.
“Pemimpin harus bisa merangkul seluruh elemen masyarakat. Pemimpin jangan sampai seperti air mancur, menyirami yang jauh, tapi justru yang di dekatnya kering karena tidak kena siram,” tukas perempuan kelahiran 35 tahun silam itu.
Belajar dari Pengalaman
Dunia politik bukanlah hal baru bagi Ning Lia. Semifinalis Cak dan Ning Surabaya tahun 2005 ini sempat maju sebagai Calon Legislatif DPRD Surabaya pada tahun 2009 dan Calon Legislatif DPRD Jatim Dapil II 2014, namun kala itu Lia gagal memperoleh simpati masyarakat.
“Dulu saya sempat merasa di atas angin. Dengan latar belakang keluarga politik dan dikenal masyarakat bukan jaminan untuk bisa meraih suara masyarakat. Saya belajar banyak dari kegagalan kemarin,” tegasnya.
Bagi Ning Lia politik bukanlah alat untuk mencapai kekuasaan tapi merupakan suatu proses untuk dapat menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat.
“Kalau ada yang beranggapan politik sebagai cara untuk meraih kekuasaan, itu salah besar,” pungkasnya.(wan/rur)