Surabaya, cakrawalapost.com – Pakar Statistik Institut Sepuluh November (ITS) Brodjol Sutijo menjelaskan, banyaknya tamu yang datang untuk menimba ilmu di Surabaya diawali ketika pemkot berhasil mendorong pembangunan di sektor ekonomi dan sektor yang lain yang kemudian bergerak secara bersama-sama atau efek multiplier.
“Hal ini yang kemudian membuat para tamu menilai Surabaya layak dijadikan tempat pembelajaran,” kata Brodjol, Kamis (15/03)
Hal ini, lanjut Brodjol, yang kemudian dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya untuk mengajak para tamu singgah mencicipi kuliner khas surabaya dan berwisata ke tempat-tempat bersejarah. “Secara otomatis, ini akan meningkatkan perekonomian warga dan Kota Surabaya sendiri,” ucapnya.
Lebih lanjut, untuk mengetahui presentase para tamu selama di surabaya, Brodjol bersama tim melakukan survei menggunakan tiga konsep variabel penelitian yaitu, tingkat Kepuasan, Kegiatan Kedinasan dan Kegiatan Non Kedinasan.
Menurut Brodjol rata-rata tamu undangan dari kabupaten atau kota yang melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Surabaya menyatakan puas dengan pelayanan yang telah disediakan.
“Tingkat kepuasaan di mall mencapai 32,74%, kondisi kerajinan khas surabaya (UKM) sebesar 77,93%, kondisi hotel sebesar 69,60% dan keramahan pemkot saat menyambut tamu sebesar 56,61%,” terang Brodjol.
Selain itu, kunjungan tamu dinas ke Pemkot Surabaya yang paling banyak berasal dari DPRD sebesar 21%, Diskominfo 12% dan instansi pemerintahan sebesar 18%. Sedangkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang paling banyak dikunjungi oleh para tamu adalah Diskominfo sebanyak 1.241 orang dan Dinas Kesehatan sebanyak 655 orang. “Pada umumnya, para tamu lebih condong ke layanan publik dan teknologi informasi,” ungkap pria berkacamata ini.
Sementara itu, kegiatan non-dinas yang paling banyak dikunjungi diantaranya, Wisata kota tua sebanyak 40,08%, kuliner paling banyak disukai Rawon sebesar 40,08%, gerai batik mirota sebanyak 38% dan taman bungkul sebesar 51%. “Khusus Batik Mirota masih harus diperjelas, apakah produsennya dari surabaya atau tidak? Kalau dari surabaya tidak masalah, tetapi kalau bukan dari Surabaya perlu dibicarakan ulang,” tegasnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, total jumlah tamu dari seluruh Indonesia yang telah belajar ke Pemkot Surabaya terhitung mulai tanggal 4 Januari hingga 3 Desember 2017 sebanyak 19.581. “Jawa sebesar 39,7%, Sumatera 20,5%, Sulawesi 15,4%, Kalimantan 9,6%, NTT 2,6% dan Bali 2,6%. Sisanya dari Papua, Kepulauan Riau dan Maluku,” tandas pria yang juga dosen fakultas Vokasi ITS tersebut.
Adapun prediksi yang dilakukan Brodjol bersama tim terkait jumlah uang yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan kerja di Surabaya serta dampak perputaran perekonomian di Surabaya. Dari 252 responden, total pengeluaran tamu diperkirakan Rp 363.753.500, jika dihitung per orang, rata-rata pengeluaran tamu selama di Surabaya sebesar Rp. 1.443.446.
Kemudian estimasi pajak dan retribusi sebesar 10% dan estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kunjungan tamu 10% atau sebesar Rp. 745.261.495,-. “Jika investasi atau pendanaan pembangunan 70% atau Rp 521.935.047, maka ada kenaikan terhadap PAD sebesar 1,429,” urainya.(nafan hadi)