Oleh : Ki Sengkek Suharno
Siang itu terik mentàri menyelimuti seluruh penjuru Negeri Amarta ketika rombongan para dewa yang dipimpin Bathara Guru sedang bertandang ke Karang Kadempel menemui Ki Lurah Semar Badranaya.
Bagong yang sedang ngedumel karena bapaknya justru menyuruhnya ke Kahyangan untuk meminta Jambu Dipanirmala dan Pelem Pertanggajiwa sebagai sarana membangun Kelurahan Karang Kadempel yang akan diwariskan kepadanya.
Kedatangan Bathara Guru yang sejatinya adalah adik dari Semar sang Ismayajati bapaknya menjadikan Bagong bersama Petruk dan Gareng senang bukan kepalang karena tidak usah bersusah payah menemuinya ke Kahyangan Suryalaya.
Dibalik pintu Bagong bersama dua saudaranya menguping percakapan Semar dan Bathara Guru yang sedang membahas keinginan Bagong meminta Buah-buahan Kahyangan sebagai sajen pelantikan dirinya menjadi lurah Karang Kadempel yang baru.
Ketika duujung pembicaraan Semar sambil meneteskan air mata berniat melakukan sujud kepada guru sebagai sarat dikabulkanya Mendapatkan kedua buah tersebut justru Bagong berteriak dan melompat menghentikan apa yang akan dilakukan Semar.
Bagong tidak rela ketika orangtua yang dikasihinya melakukan sembah sujud kepada Guru yang notabene adalah adiknya Semar karena baginya kehormatan Semar bapaknya lebih berharga daripada buah buahan meskipun itu dari Kahyangan sekalipun.
Adalah sebuah ironi menurut Bagong ketika Bathara Guru yang merupakan gurunya kebajikan dan religiusitas menggunakan dan menyalahgunakan simbol – simbol agama dan ajaranya demi nafsu pribadinya dengan memaksa Semar satu – satunya makhluk dibumi yang belum pernah sembah sujud padanya untuk tunduk pada kemauanya.
Adalah sebuah kesombongan yang diluar batas ketika melakukan pemaksaan kehendak terhadap Semar yang merupakan simbol Karang Kadempel yang juga merupakan kakak Bathara Guru sendiri Demi terpenuhi obsesi pribadi demikian pikir Bagong.
Dalam Sejurus Kemudian para fewa dengan segala senjata yang dibawanya berusaha mengobrak abrik pendopo Karang Kadempel yang tentu saja membuat geram Bagong sehingga dengan segala kekuatan yang dimilikinya berusaha mempertahankan kedaulatan yang dimiliki Karang Kadempel.
Bersama Petruk dan Gareng Bagong Berhasil mengalahkan para dewa dan mengusir Bathara Guru karna sejatinya Kebenaran tidak akan pernah kalah meski berhadapan dengan Kejahatan yang terorganisir dan dibungkus dengan Simbol agama sekalipun.
Semar yang sedari tadi diam dan hanya meneteskan air mata menyaksikan kejadian tersebut tahu bahwa ini belum akan berakhir sebab yang dilakukan Bagong merupakan pemicu dari konflik besar yang akan terjadi selanjutnya dan memang harus ada yang korbankan demi tegaknya kewibawaan kedaulatan dan marwah dari Karang Kadempel.
Negara ini punya otoritas…
Jangan sampai dikadalin oleh preman bersorban…
Negara ini punya kedaulatan…
Jangan sampai dikuasi gerombolan perusuh yang berkedok agama…
Negara ini punya marwah…
Jangan sampai kalah dari rongrongan pengacau bertopeng dakwah…..
Siapapun orangnya, apapun latar belakangnya Jika sudah melawan dan menyerang negara maka harus dihancurkan.
Lawan terus dan hsncurkan segala bentuk aksi radikalisme dan anarkisme serta terorisme di Indonesia
Kami dukung Penuh TNI-Polri
#rakyatbersamaTNIPolri
*) Penulis Ki Sengkek Suharno adalah
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua PC GP Ansor Kab. Tegal
■Pojok Gedung NU Slawi 8 Des 2020