Slawi, cakrawalanews.co – Merawat sawah batu bentang alam ciri khas desa, dengan pemberdayaan ekonomi desa melalui Wisata Sawah Batu Desa Bukateja Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Itulah spirit masyarakat Desa Bukateja dalam mengembangkan wisata desanya. Area sawah di perbatasan desa ini telah dilaunching oleh Bupati Tegal sebagai potensi wisata desa sejak 30 November 2019 yang lalu, dan telah beroperasi setiap hari dengan wisata kulinernya.
Di desa Bukateja terdapat area persawahan yang sangat luas terbentang, dengan total luasan hampir 83 hektar. Lebih dari 500 orang warga Desa Bukateja mencari penghidupan di bidang pertanian, hal ini menunjukkan bahwa sawah adalah salah satu sumber kehidupan utama bagi desa berpenduduk 872 KK ini.
Karena Desa Bukateja merupakan salah satu ujung terjauh sebaran batuan geologi dari aktivitas vulkanik Gunung Slamet, maka tidak heran bebatuan sisa-sisa vulkanik ini tersebar luas di sepanjang area desa, baik di permukaan tanah maupun di bawah lapisan tanah, termasuk di area persawahan.
Dalam menggarap sawahnya, warga selalu menjumpai bebatuan dalam jumlah yang tidak sedikit dengan berbagai ukuran. Untuk batu-batuan yang tidak terlalu besar, batu-batuan ini akan ditata ditumpuk rapi sedemikian rupa dimanfaatkan sebagai pematang sawah. Untuk batu-batuan berukuran besar biasanya akan dibiarkan saja di sawah, atau dipecah-pecah menjadi ukuran yang lebih kecil, untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
Sawah dengan pematang dari tanah dan tatanan batu-batuan sisa aktivitas vulkanik yang terlihat unik ini menjadi ciri khas hamparan sawah di desa Bukateja dan beberapa desa sekitarnya. Karena itu lahirlah gagasan “branding desa” dengan sebutan “Sawah Batu”, sebagai sebuah identitas yang menggambarkan karakteristik alam yang spesifik di Desa Bukateja.
Namun, walaupun tanahnya sangat subur, salah satu kendala terbesar dalam aktivitas pertanian di Desa Bukateja adalah minimnya air di musim kemarau. Jangankan untuk mengairi sawah, guna mencukupi kebutuhan keseharian warga untuk keperluan kamar mandi dan cuci di musim kemarau pun cukup sulit.
Lahan-lahan pertanian menjadi kering dan tidak produktif di musim kemarau, dan tentu saja hal ini membuat kondisi perekonomian desa terganggu. Hal ini menyebabkan sebagian warga desa pergi merantau di musim kemarau, dan baru kembali pulang ke desanya di musim hujan.
Warga desa terutama anak muda usia produktif, memang banyak yang memilih untuk merantau, baik secara permanen maupun merantau dalam jangka waktu tertentu. Sebagian dari mereka hanya sesekali pulang ke desanya, pada saat hari-hari libur.
Dengan kondisi tersebut, maka desa seringkali mengalami situasi kesulitan mencari sumber daya manusia, terutama anak-anak muda yang mau terlibat dalam mengembangkan program-program desa yang inovatif, dalam rangka pembangunan desa.
Bagi sebagian besar anak muda, khususnya yang pergi merantau, mereka merasa bahwa potensi yang ada di desa Bukateja kurang bisa diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Biasanya anak-anak muda desa berangkat merantau selepas lulus SMA.
Dengan minimnya jumlah anak muda, terjadi kondisi di mana banyak warisan leluhur yang akhirnya terputus dan tidak lagi dikenal oleh generasi muda, seperti contohnya seni budaya, tradisi, sejarah desa, dan beraneka kekayaan kearifan lokal, yang akhirnya hilang, karena tidak ada lagi anak muda yang mempelajari serta melestarikannya.
Dari pemetaan kondisi tersebut, lahirlah gagasan dari Pemerintah Desa Bukateja untuk mengembangkan aktivitas wisata desa, sebagai salah satu alternatif solusi untuk membangkitkan perekonomian desa, mengurangi angka urbanisasi, serta mengembangkan potensi sumber daya manusia, khususnya bagi kalangan anak muda desa.
Sejak bulan Maret 2019, dirancanglah konsep pengembangan wisata desa yang sesuai dengan karakter dan potensi yang ada di Desa Bukateja oleh Pemerintah Desa Bukateja bekerja sama dengan HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya), lembaga yang intens dalam mengembangkan berbagai program pemberdayaan masyarakat melalui wisata desa, berbasis pelestarian budaya dan konservasi alam serta lingkungan hidup.
Wisata Sawah Batu Bukateja mendapatkan pembiayaan dari Dana Desa ini, sebagai salah satu usaha dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Desa Bukateja, dan dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Bukateja.
Di Wisata Sawah Batu ini tersedia beraneka menu kuliner desa yang bisa dibeli dengan cara menukarkan uang dengan koin tanah liat terlebih dahulu, terdapat fasilitas berupa gubuk-gubuk gazebo bambu, hall untuk meeting, panggung budaya, taman baca, serta kolam renang untuk anak-anak.
Di weekend hari Sabtu dan Minggu serta hari libur tanggal merah, Wisata Sawah Batu buka dari jam 6 pagi sampai sore, di hari biasa (weekday) buka dari jam 9 pagi sampai sore. Ke depannya direncanakan Wisata Sawah Batu akan buka sampai malam hari.
Namun di luar jam-jam buka reguler tersebut, Wisata Sawah Batu juga melayani permintaan-permintaan khusus, seperti kebutuhan instansi/perusahaan/komunitas yang memerlukan hall untuk pertemuan, pelatihan, workshop, reuni, halal bi halal, maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Hall ruang pertemuan berbahan bambu dengan arsitektur yang unik dan megah ini mampu menampung 50 hingga 100 orang peserta kegiatan dengan duduk lesehan, berikut lengkap dengan fasilitas sound system dan LCD projector-nya, bila dibutuhkan. Tentu saja sajian kuliner makanan berat untuk makan pagi/siang/malam, maupun makanan ringan untuk coffe break, dengan aneka menu pilihan, akan menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang membutuhkan hall untuk berkegiatan. (TW/Das)