Tahun 1937 Prof. KUrtzberg menemukan sebuah radiasi latar belakang tingkat rendah tapi stabil dan konstan dengan panjang tertentu yang ternyata dulu pernah melewati tata surya bumi dan seluruh galaxi bima sakti 70-80 ribu tahun lalu yang disebut Medan Kurtzberg dengan efek yang ditimbulkanya disebut godwave atau gelombang dewa.
Efek gelombang mistik ini sangat besar pengaruhnya pada tata kosmik ketika menyebar dan memantul kembali yang tidak hanya berpengaruh pada bumi tapi seluruh galaxi bima sakti apalagi ketika terjadi pertemuan antara gelombang dewa dengan gelombang hasil pantulanya yang menyebabkan terjadinya resonansi.
Kontraksi akibat pertemuan – pertemuan gelombang ini sangat berbahaya terhadap alam semesta sebab energi kosmik yang ditimbulkan bisa menghancurkan atau menguatkan sehingga keseimbangan alam semesta bisa terganggu bahkan menghancurkanya.
Pada akhirnya ketidakseimbangan tata kosmik alam semesta inilah yang menyababkan terjadinya kehancuran yang memang akan terjadi sebagai akhir generasi penduduk bumi dan awal generasi baru penduduk bumi dan seluruh planet yang ada di tata surya.
Gelombang inilah yang sebenarnya telah merusak dan mendegradasi otak manusia yang mengakibatkan perilaku dan tindakanya jauh dari cahaya ilahiyah dan kembali menjadi bangsa primitif yang hanya mengedepankan insting dan nafsu mendasarnya sehingga memungkinkan menjadi pertanda akhir sebuah generasi penduduk bumi.
Perilaku manusia yang sudah tidak beradab seperti Konflik SARA, hubungan sex bebas, anak membunuh bapaknya, bapak menyiksa dan memperkosa anaknya, tetangga yang tega menyakiti bahkan membunuh tetangganya, pemuka agama yang menjual agamanya, korupsi merajalela, perusakan dan pencemaran ekosistem alam dan perbuatan keji lainya dipertontonkan didepan publik tanpa rasa malu dan bersalah.
Penghancuran bumi secara masiv yang dimulai dengan pencemaran dan perusakan ekosistem alam ysng dilakukan secara sengaja dan tanpa rasa malu dan bersalah ini yang terjadi belakangan ini merupakan salah satu tanda dari melemahnya peradaban dan kebudayan efek godwave yang melanda alam semesta.
Sampah dan limbah B3 dimana mana bahkan menjadi komoditi yang dieksploitasi menguntungkan sebagian pihak tapi merugikan orang lain dan lingkungan sementara pemangku kebijakanya sibuk memperkaya diri sudah sangat jelas terpampang didepan mata.
Kesadaran ekologis yang merupakan bagian dari ajaran agama dalam rangka jihad penyelamatan lingkungan hidup mulai redup dan perlahan musnah yang kalau dibiarkan akan mempercepat penguatan resonansi dari efek pantul gelombang dewa.
Kita lupa bahkan sengaja melupakan bahwa disamping ada hubungan dengan tuhan (habluminalloh) dan hubungan dengan sesama manusia (habluminannas) ada juga hablul alamin yaitu hubungan dan interaksi kita dengan alam semesta yg merupakan kunci uuntuk melestarikan alam dan memperlambat datangnya kehancuran semesta.
Dibutuhkan kesadaran dan pemikiran bersama dari seluruh penghuni bumi uuntuk dapat menangani pencemaran dan pemusnahan masal dan masiv ini agar kelestarian lingkungan dapat terjaga minimal memperlambatnya kehancuranya.
Mari kita lawan godwave yang dihembuskan Azazil ini yang ingin memperlihatkan kegagalan manusia sebagai kholifah dibumi dengan melakukan penyadaran diri terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup sebagai wujud pendekatan diri kepada sang pencipta tanpa meninggalkan esensi sebagai mahluk yang beradab dan berbudaya.
Jangan tunggu Semar dan Togog turun bergerak dan melawanya meski itu adalah tugas mereka sebagi penjaga bumi dan seisinya sebab jika sampai itu terjadi maka jelas itu adalah pertanda akhir dunia.
Ingat…!!!
Bumi dan alam seisinya bukan milik kita tapi merupakan amanah yang harus diwariskan ke generasi berikutnya.
Marikipik….
Mari kita berpikir…..
■Pojok Nyong Kopi 3 Desember 2020
*) Penulis Ki Sengkek Suharno adalah
Dalang Wayang Kebangsaan
Wakil Ketua PC GP Ansor Kab. Tegal