Jumlah Balita stunting di Surabaya kini capai 712 kasus

oleh -433 Dilihat
oleh
Tekan Angka Stunting -Wali Kota Eri Cahyadi
Tekan Angka Stunting -Wali Kota Eri Cahyadi

Surabaya, cakrawalanews.co – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebutkan, bahwa jumlah balita stunting di Surabaya saat ini ada 712. Dari jumlah tersebut ada 82 diantaranya mengalami penyakit kongenital atau penyakit bawaan, kemudian 96 balita diantaranya mengalami penyakit kronis.

“Dan 494 balita lainnya mengalami penyakit berulang seperti batuk, pilek, dan sebagainya. Sedangkan yang 38 balita lainnya tanpa penyakit,” kata Wali Kota Eri Jumat (16/06/2023).

Selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Kota Surabaya terus mengalami penurunan signifikan. Yakni, dari tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting, turun menjadi 6.722 di tahun 2021.

Selanjutnya hingga akhir Desember 2022, kembali turun menjadi 923 kasus. Kemudian pada pertengahan Juni 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 712 kasus.

Cak Eri menilai untuk menuju zero stunting harus ada langkah cepat dalam menangani penyakit penyertanya. “Nah, apabila kita mau zero stunting, maka yang harus cepat ditangani adalah yang mengalami penyakit berulang, kronis tapi yang TBC itu bisa disembuhkan. Namun untuk yang hidrosefalus sudah tidak mungkin untuk disembuhkan,” sebutnya.

Ia melanjutkan jika dari 712 itu, ada 3 balita yang baru mengalami stunting. Masing-masing balita itu mengalami penyakit kronis, penyakit bawaan, dan penyakit berulang.

“Kemarin juga ada lagi dari luar kota masuk ke Surabaya, kita nggak bisa mencegah itu, jadi mau tidak mau kami tanggung. Mereka warga KTP Surabaya, sebelumnya tinggal di luar Surabaya, rumahnya tidak ada tapi sekarang kos di Surabaya. Sehingga stuntingnya bertambah,” tandasnya.

Wali Kota Eri juga menegaskan jika pihaknya terus melakukan upaya percepatan penurunan angka stunting di Surabaya. Salah satunya dengan  mengalokasikan dana APBD Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Dimana kata Wali Kota Eri, APBD tahun 2023 senilai Rp 11,2 triliun itu 50,2 persennya digunakan untuk keperluan penanganan anak di Surabaya.

Alokasi dana untuk anak itu terdiri dari berbagai item, mulai dari penanganan stunting, gizi buruk, pencegahan kematian ibu dan anak, serta sebagaianya.

“Ini saya lihat secara globalnya ya, karena stunting itu tidak bisa dilihat dari satu sisi. Karena stunting itu bisa dimulai dari pranikah, terus gizi buruk, kematian ibu dan anak. Karena menangani stunting itu tidak hanya memberi asupan gizi untuk anak saja, tapi yang akan menikah juga kita beri zat besi, setelah menikah diberi apa lagi,” papar Wali Kota Eri.