Pemprov Sebut Harga Cabai Diprediksi Turun dan Surabaya Alami Inflasi Tertinggi

oleh -96 Dilihat
oleh

Surabaya, cakrawalanews.co Harga cabai yang melonjak sempat memusingkan ibu-ibu dan para pecinta cabai di Jawa Timur, diprediksi kepusingannya tidak lama lagi berakhir. Sebab, harga cabai diperkirakan akan turun seiring dengan kenaikan produksi cabai di Jatim.

Hal tersebut disampaikan Karo Humas dan Protokol Pemprov. Jatim di ruang kerjanya, Kantor Gubernur Jatim Jl. Pahlawan 110 Surabaya.

Produksi cabai Jawa Timur pada bulan Januari sebesar 7 ribu ton diperkirakan akan naik menjadi 25 ribu ton pada akhir bulan ini hingga Maret.

Kenaikan produksi itu terjadi karena bertambahnya luas panen. Pada Januari lalu luas panennya hanya 2.129 Ha, sedangkan di akhir Februari hingga Maret luasnya mencapai 6.414 Ha.

“Pada periode Maret sampai April bahkan luas panennya hingga 7.344 Ha atau bisa disebut panen raya, karenanya jumlah stok cabai akan melimpah,” terangnya.

Mengutip keterangan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim Moch. Ardi Prasetiawan,  Benny menjelaskan  harga cabai mampu mempengaruhi kenaikan inflasi pada Januari lalu, meskipun cabai bukan satu-satunya pencetus kenaikan inflasi.

Pada Januari,  Jatim mengalami inflasi sebesar 0,65% atau lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,51%. Dengan bertambahnya produksi cabai diharapkan mampu menghasilkan deflasi, serta menciptakan stabilisasi harga.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, lanjut Benny, disamping cabai sebagai sebagai komoditas yang memberikan andil besar terhadap kenaikan inflasi, faktor lain adalah naiknya harga daging ayam ras, bawang merah, tarif listrik, dan telur ayam ras. Juga, kentang, bawang putih, dan tomat sayur. Selain itu, rokok kretek filter, pasir, dan emas perhiasan mempengaruhi kenaikan inflasi di Jatim.

“Sedangkan komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi di Jatim diantaranya adalah turunnya harga bensin, angkutan udara, solar, telepon seluler, minyak goreng, dan tarif kereta api,” jelasnya.

Dari delapan kota Indeks Harga konsumen  (IHK) di Jawa Timur, ungkapnya, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya yakni 0,73%, karena adanya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kemudian diikuti Kab. Banyuwangi 0,67%, Kab. Sumenep 0,65%, dan Kota Malang 0,58 %. Lebih rendah dari ketiga kota adalah Kota Madiun 0,49%, Kota Kediri 0,47%, dan Kab. Jember 0,43%. “Inflasi terendah di Jatim Kota Probolinggo, sebesar 0,42%,” ujarnya.(hms/cn01)