Gus Ipul: Pondok Pesantren Mampu Lahirkan Generasi Pemenang

oleh -104 Dilihat
oleh

Lamongan, cakrawalanews.co – Pendidikan pondok pesantren mampu melahirkan generasi pemenang, yakni generasi muda yang cerdas, cakap, terampil, mengerti tentang agama. Karena itu keberadaan pondok pesantren makin dibutuhkan dan dicari masyarakat.

Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jawa Timur Gus Ipul ketika mendampigi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin  menghadiri peringatan Haflah Kesyukuran 30 tahun PP Al-Ishlah dan Peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an & Sains Al-Ishlah (STIQSI), di PP Al-Ishlah Sendang Agung Paciran Lamongan, Kamis (19/01).

Menurutnya, hanya sekitar 8 sampai 10 persen lulusan SLTA sederajat yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Diresmikannya STIQSI ini diharapkan bisa menambah orang-orang terdidik, karena baru 12 juta orang yang lulus S1 diantara 250 juta penduduk Indonesia.

” Semoga STIQSI ini dapat melahirkan generasi muda yang sanggup meneruskan cita-cita bangsa terutama menghadai perkembangan dunia yang begitu pesat,” tambahnya.

Seirama dengan Gus Ipul, Menteri Agama RI Drs H Lukman Hakim Saifuddin juga menambahkan bahwa urgensi dan relevansi ilmu al-Qur’an harus terus dikaji dalam merespon perkembangan dunia, karena Qur’an adalah acuan/ pedoman hidup. Apalagi dalam  enghadapi perubahan kehidupan amal yang luar biasa, maka harus dilandasi dengan nilai-nilai agama yang dipahami dengan baik.

Memang Qur’an telah menibulkan makna beragam. Hal itu karena keterbatasan manusia yang tidak mungkin bisa memahami Quran ciptaan Allah Yang Maha Sempurna. Keterbatasan manusia ini agar bisa saling mengisi dan menyempurnakan satu dengan yang lain.

“Keragaman dan kemajemukan adalah sunatullah/ takdir Allah. Saat ini ada sebagian masyarakat tertentu yang ingin menyeragaman tafsir Qur’an yang beragam. Dengan adanya STIQSI ini diharapkan akan memberikan kontribusi besar dalam memberikan pemahaman bahwa pembenaran tidak bisa dimonopoli seseorang. Kita harus lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi perubahan yang ada, baik globalisasi, reformasi, maupun kemajuan IT dan sosial media. Karena pengaruhnya bisa merubah cara pandang seseorang. Oleh karena itu keseimbangan pemahaman Qur’an dan perkembangan sains diperlukan,” ujarnya.(hms/cn01)